kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

PBB: Lebih dari 8.500 tentara anak terjun ke medan konflik pada tahun 2020


Selasa, 22 Juni 2021 / 08:18 WIB
PBB: Lebih dari 8.500 tentara anak terjun ke medan konflik pada tahun 2020
ILUSTRASI. Seorang mantan tentara anak memegang?senapan saat mereka berpartisipasi dalam upacara pembebasan tentara anak, di luar Yambio, Sudan Selatan, 7 Agustus 2018.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Laporan PBB hari Senin (21/6) menunjukkan tingginya angka tentara anak di seluruh dunia. Dari beragam konflik yang pecah tahun lalu, setidaknya ada hampir 2.700 di antaranya tewas di tengah konflik.

Berbicara di hadapan Dewan Keamanan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan sejumlah data terkait anak-anak dan konflik bersenjata.

Melansir Reuters, di dalamnya termasuk pembunuhan, melukai, pelecehan seksual terhadap anak-anak, penculikan atau perekrutan, penolakan akses bantuan dan penargetan sekolah dan rumah sakit.

Laporan Guterres memverifikasi bahwa pelanggaran telah dilakukan terhadap 19.379 anak dalam 21 konflik. Pada tahun 2020, pelanggaran terbanyak tercatat di Somalia, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Suriah, dan Yaman.

Baca Juga: Perlombaan nuklir global mulai berkembang, jumlah senjata mematikan ini meningkat

Data angka menunjukkan bahwa 8.521 anak-anak dimanfaatkan sebagai tentara anak tahun lalu. Sebanyak 2.674 anak lainnya tewas dan 5.748 terluka dalam berbagai konflik.

Guterres juga menyampaikan nama-nama negara yang masuk ke dalam daftar hitam karena dianggap tidak memperhatikan kesejahteraan anak-anak selama konflik. Daftar hitam PBB ini telah menjadi kontroversi sejak lama, terutama karena Arab Saudi dan Israel tetap ada di luar daftar meski terus terlibat dalam konflik yang merugikan anak-anak.

Hingga saat ini Israel tidak pernah masuk dalam daftar meski serangkaian konflik yang mereka alami merugikan banyak anak-anak. Sementara koalisi yang dipimpin Arab Saudi dicoret dari daftar hitam pada tahun 2020, beberapa tahun setelah dipermalukan karena membunuh dan melukai anak-anak di Yaman.

Baca Juga: Lockdown dinilai sebagai kesalahan kesehatan terbesar dalam sejarah dunia, mengapa?



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×