kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

PDB Jepang Kuartal IV Direvisi Naik, Perekonomian Terhindar dari Resesi


Senin, 11 Maret 2024 / 09:59 WIB
PDB Jepang Kuartal IV Direvisi Naik, Perekonomian Terhindar dari Resesi
ILUSTRASI. Perekonomian Jepang terhindari dari resesi, menurut data pemerintah yang direvisi pada Senin (11/3). REUTERS/Toru Hanai/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Perekonomian Jepang terhindari dari resesi, menurut data pemerintah yang direvisi pada Senin (11/3). Meski begitu, revisi pertumbuhan ekonomi Jepang di kuartal IV ini lebih lemah dari perkiraan dan menyoroti kekhawatiran terhadap lambatnya pemulihan ekonomi.

Mengutip Reuters, Senin (11/3), produk domestik bruto (PDB) Jepang direvisi naik menjadi0,4% pada periode Oktober-Desember dibandingkan kuartal sebelumnya, lebih baik dari perkiraan awal kontraksi 0,4%, menurut Kantor Kabinet.

Namun, angka tersebut berada di bawah perkiraan median ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,1% dalam jajak pendapat Reuters.

Pada basis kuartalan, PDB tumbuh sebesar 0,1%, dibandingkan dengan perkiraan awal penurunan sebesar 0,1% dan perkiraan median untuk kenaikan sebesar 0,3%.

Baca Juga: Bank of Japan Diprediksi Akan Mengarah Keluar dari Era Suku Bunga Negatif Pada Maret

“Ibaratnya adalah revisi ke atas, namun permintaan domestik masih lesu, terutama konsumsi,” kata Saisuke Sakai, ekonom senior di Mizuho Research and Technologies.

Revisi ke atas terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi pasar bahwa Bank of Japan akan menghapuskan suku bunga negatifnya pada awal bulan ini, sebagian dipicu oleh komentar hawkish anggota dewan baru-baru ini bahwa Jepang bergerak menuju target inflasi bank sentral sebesar 2%.

Belanja modal, yang meningkat 2,0% kuartal-ke-kuartal, menopang revisi ke atas. Angka ini lebih baik dari penurunan awal sebesar 0,1% namun masih di bawah median perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,5%.

Konsumsi swasta, yang menyumbang sekitar 60% perekonomian Jepang, turun 0,3% pada Oktober-Desember, sedikit lebih buruk dari penurunan perkiraan awal sebesar 0,2%. Makanan laut dan peralatan rumah tangga berkontribusi terhadap tekanan penurunan kategori ini, kata seorang pejabat Kantor Kabinet.

Permintaan eksternal menyumbang 0,2 poin persentase terhadap PDB riil, tidak berubah dari angka awal.

Pada kuartal Januari-Maret saat ini, perekonomian Jepang dapat mengalami kontraksi setelah memperhitungkan perlambatan perekonomian China, penghentian produksi pada satu unit Toyota Motor Corp dan lemahnya konsumsi, kata Sakai.

Meskipun data menunjukkan pelemahan, BOJ kemungkinan akan meninggalkan suku bunga negatif pada bulan depan dengan alasan meningkatnya prospek kenaikan gaji yang besar dalam pembicaraan upah tahunan dengan serikat pekerja, kata Marcel Thieliant, kepala Asia-Pasifik di Capital Economics. 

“Bank of Japan cenderung lebih menekankan pada indeks aktivitas konsumsinya sendiri dan tampaknya tidak terlalu khawatir dengan kelesuan aktivitas baru-baru ini,” kata Thieliant.

BOJ dijadwalkan mengadakan pertemuan penetapan kebijakan selama dua hari pada 18-19 Maret.

Baca Juga: Sinyal Pemulihan Perdagangan Global, Ekspor-Impor Tiongkok Membaik di Awal Tahun

Konfederasi serikat pekerja terbesar di Jepang, Rengo, menuntut kenaikan gaji sebesar 5,85% tahun ini, melampaui 5% untuk pertama kalinya dalam 30 tahun.

Bank sentral Jepang telah lama berpendapat bahwa pertumbuhan upah yang kuat merupakan prasyarat untuk menghentikan eksperimen moneter radikal yang telah dilakukan selama lebih dari satu dekade.

Jepang pada pekan lalu melihat upah riil yang disesuaikan dengan inflasi pada bulan Januari menyusut selama 22 bulan berturut-turut, sementara belanja rumah tangga tahun-ke-tahun pada bulan yang sama menandai penurunan terbesar dalam 35 bulan.



TERBARU

[X]
×