Reporter: Aldehead Marinda | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-BEIJING. Aktivitas perdagangan ekspor dan impor di Tiongkok pada periode Januari-Februari ini melesat melebihi perkiraan. Reuters pada Kamis (7/3) melaporkan, hal tersebut menjadi sinyal yang menunjukan bahwa perdagangan global sedang berbalik ke arah yang menggembirakan.
Hal ini berdampak khususnya bagi para pembuat kebijakan China mengingat lemahnya sektor ekonomi manufaktur yang sejak lama menjadi beban bagi ekonomi negara ini.
Data dari pihak bea cukai menunjukkan ekspor China dalam dua bulan tersebut naik 7,1% dibandingkan tahun sebelumnya, mengalahkan hasil survei Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,9%.
Sementara itu, dari segi impor naik 3,5%, dibandingkan dengan perkiraan survei untuk pertumbuhan sebesar 1,5%.
Baca Juga: Lesunya Ekonomi China dan Suku Bunga Tinggi Masih Tekan Mata Uang Komoditas
Badan Bea Cukai China mempublikasikan data perdagangan Januari dan Februari secara bersamaan untuk meratakan distorsi yang disebabkan pergeseran waktu Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada bulan Februari tahun ini.
Perdana Menteri China Li Qiang pada hari Selasa, seperti dikutip Reuters mengumumkan target pertumbuhan ekonomi 2024 yang ambisius sekitar 5% dan berjanji mengubah model pengembangan negara tersebut, yang sangat bergantung pada ekspor barang jadi dan kelebihan kapasitas industri.
Selama setahun terakhir, Tiongkok berada di tengah krisis properti dan kondisi ketika konsumen menahan diri untuk berbelanja, perusahaan asing melepaskan aset, dan pemerintah daerah berurusan dengan beban utang yang besar.
Banyak analis khawatir bahwa negara ini mungkin akan mengadopsi gaya Jepang di akhir dekade ini. Kecuali jika pembuat kebijakan mengambil langkah konkrit untuk mengarahkan ekonomi ke arah konsumsi rumah tangga dan alokasi pasar sumber daya yang lebih baik.