kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,00   -5,29   -0.58%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelambatan ekonomi tercermin dari bisnis pelayaran


Selasa, 10 November 2015 / 10:29 WIB
Pelambatan ekonomi tercermin dari bisnis pelayaran


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Hendra Gunawan

KOPENHAGEN. Banyak entitas keuangan dunia memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia masih akan terus berlanjut. Semisal, Dana Moneter Internasional atawa International Monetary Fund (IMF) yang pada 6 Oktober 2015 lalu sudah memangkas proyeksi global domestic gross tahun ini dari 3,3% menjadi 3,1%.

Prediksi IMF itu disandarkan pada perlambatan ekonomi di negara-negara berkembang atau emerging market akibat penurunan harga komoditas. Entitas yang bermarkas di Washington tersebut juga memangkas angka prediksi ekonomi global pada tahun 2016 dari level 3,8% menjadi 3,6%.

Kelesuan ekonomi tersebut diamini Nils Smedegaard Andersen, Chief Executive Officer (CEO) AP Moeller Maersk, perusahaan jasa pelayaran yang menguasai 15% pangsa pasar jasa angkutan laut di seluruh dunia. "Jumlah perdagangan saat ini terlihat signifikan lebih rendah dari biasanya," tutur Andersen seperti dikutip Bloomberg.

Bisnis pengapalan Moeller Maersk di kuartal III 2015 anjlok hingga 61%. Manajemen perusahaan menyebutkan hampir tidak ada penambahan proyek baru pada tahun 2015.

Andersen menjelaskan bahwa ekspor asal Asia ke Eropa sampai saat ini terlihat paling jatuh. Terlebih setelah penguatan mata uang euro terhadap mata uang lokal di Asia. Kondisi tersebut mengakibatkan, barang-barang asal China sulit bersaing secara kompetitif di kawasan Eropa.

Namun sampai saat ini, Andersen belum merasakan dan melihat tanda-tanda ekonomi global akan menghadapi situasi genting seperti saat krisis ekonomi tahun 2008. "Kami melakukan serangkaian analisis makro ekonomi, dan kami melihat perlambatan ekonomi utamanya terjadi di negara berkembang dan sebagian di Eropa," ujar Andersen.

Dari analis tersebut, Andersen mengaku lebih pesimistis  ketimbang proyeksi analis. Meski begitu, hal tersebut bukan berarti menimbulkan berita buruk.

Andersen menambahkan, pihaknya berniat membeli perusahaan energi asal Kenya dan Ethopia. Dana yang dipersiapkan mencapai US$ 845 juta. Langkah ini, demi memanfaatkan portofolio yang sedang terdiskon.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×