kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -2.000   -0,11%
  • USD/IDR 16.208   -7,00   -0,04%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Peluang Kerja Jarak Jauh Hilang karena Rendahnya Adopsi Internet Pedesaan AS


Senin, 18 Agustus 2025 / 13:53 WIB
Peluang Kerja Jarak Jauh Hilang karena Rendahnya Adopsi Internet Pedesaan AS
ILUSTRASI. Sebuah kapal kargo penuh dengan kontainer pengiriman terlihat di pelabuhan Oakland, California, Amerika Serikat, 4 Agustus 2025. Amerika Serikat menggelontorkan miliaran dolar untuk memperluas jaringan internet pita lebar ke wilayah pedesaan, tapi tak dimanfaatkan maksimal.


Sumber: Yahoo News | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat telah menggelontorkan miliaran dolar untuk memperluas jaringan internet pita lebar ke wilayah pedesaan. Namun, banyak masyarakat yang seharusnya terbantu masih belum memanfaatkannya.

Jika pemerintah hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur tanpa mendorong adopsi, investasi tersebut berisiko sia-sia.

Warga pedesaan tetap berpotensi terputus dari layanan kesehatan, pendidikan, dan pasar kerja jarak jauh yang kini mencakup hampir seperempat tenaga kerja AS.

Selama ini, pembahasan broadband pedesaan cenderung menitikberatkan pada ketersediaan. Pemerintah federal dan negara bagian memperluas jangkauan dengan membangun menara dan infrastruktur.

Baca Juga: Peluang Kerja Remote FAO PBB Terbaru, Lamar Hingga September 2025

Namun, akses tidak serta-merta mendorong penggunaan. Di banyak daerah pedesaan, jaringan telah tersedia tetapi tingkat adopsinya masih rendah.

Pada 2021, sekitar satu dari lima rumah tangga pedesaan tidak berlangganan layanan broadband. Dari kelompok ini, hampir 25% menyatakan tidak tertarik. Alasannya bukan keterbatasan biaya atau keterampilan, melainkan anggapan bahwa internet tidak relevan.

Data 2023 menunjukkan adopsi broadband lebih dari 80% pada kalangan dewasa muda pedesaan, namun menurun tajam pada kelompok usia lanjut.

Hanya 68% warga berusia di atas 75 tahun yang menggunakan broadband, sementara pada kelompok usia 65–74 tahun, angkanya sekitar 71%. 

Perbedaan ini menandakan adanya kesenjangan generasi: anak muda umumnya sudah terhubung, sedangkan kelompok usia lanjut enggan beralih dari kebiasaan lama.

Baca Juga: 1,64 Juta Tiket KA jarak Jauh untuk Periode Lebaran Sudah Terjual

Penelitian di Missouri menemukan, banyak pengguna awal broadband di pedesaan lebih banyak memanfaatkannya untuk hiburan ketimbang aplikasi produktif seperti telehealth atau pekerjaan jarak jauh.

Pola ini menunjukkan bahwa keberadaan infrastruktur saja tidak cukup jika tidak diikuti perubahan perilaku.

Kesenjangan adopsi ini membawa dampak ekonomi nyata. Daerah dengan penetrasi broadband tinggi umumnya mencatat pertumbuhan lapangan kerja lebih pesat, peningkatan wirausaha, dan pendapatan yang lebih tinggi. 

Saat ini sekitar 22% tenaga kerja AS, sekitar 32 juta orang, bekerja jarak jauh sebagian waktu, naik tajam dari hanya 6% sebelum pandemi.

Namun, di wilayah pedesaan, banyak warga yang belum siap memanfaatkan peluang tersebut karena keterbatasan literasi digital dan minimnya pelatihan.

Baca Juga: KAI Sudah Jual 1,91 Juta Tiket KA Jarak Jauh untuk Periode Lebaran

Kondisi ini mengingatkan pada tantangan elektrifikasi dan penyediaan telepon di pedesaan pada pertengahan abad ke-20. Infrastruktur fisik tidak cukup; dibutuhkan penjangkauan, pembiayaan, dan perubahan budaya, khususnya untuk kelompok usia lanjut.

Program federal seperti Affordable Connectivity Program memang membantu rumah tangga berpenghasilan rendah untuk berlangganan internet. 

Namun, mereka yang menolak tetap didominasi kelompok lanjut usia yang merasa internet tidak relevan. Klinik dan penyedia telehealth di pedesaan juga menghadapi kenyataan serupa: meski layanan daring tersedia, pasien lansia lebih memilih panggilan telepon.

Perusahaan lokal pun kesulitan mengisi posisi jarak jauh karena calon pekerja kurang percaya diri dengan keterampilan digital.

Baca Juga: Pasokan ATACMS Menipis, Bom Jarak Jauh AS Menuju Ukraina

Sementara itu, keluarga dengan orang tua yang gagap teknologi sering terkendala membantu anak-anak mengerjakan tugas sekolah daring. Akses fisik ke internet ada, tetapi literasi digital masih menjadi hambatan.

Mengatasi kesenjangan ini memerlukan pendekatan lokal. Subsidi nasional membangun jaringan, tetapi keberhasilan adopsi ditentukan oleh sekolah, perpustakaan, dan klinik yang berfungsi sebagai pusat literasi digital. 

Beberapa negara bagian bahkan telah melatih pemimpin lokal sebagai navigator digital untuk membantu warga menggunakan internet dengan percaya diri.

Langkah sederhana lain yang bisa ditempuh adalah menawarkan layanan broadband gratis selama satu tahun agar masyarakat bisa merasakan langsung manfaatnya. Strategi seperti ini menekankan nilai penggunaan, bukan sekadar ketersediaan.

Baca Juga: Simak Tips Langgeng Bina Hubungan LDR Dengan Pasangan Jarak Jauh Ini

Tanpa keterlibatan lokal, jurang digital akan melebar. Anak muda mungkin meninggalkan daerah asal demi mencari peluang digital, sementara kelompok lanjut usia kian terisolasi. Manfaat ekonomi broadband baru bisa tercapai bila partisipasi masyarakat luas terjamin. 

Pemerintah memang telah membangun fondasi fisik, tetapi tahap berikutnya menuntut strategi sosial—berbasis edukasi, penjangkauan, dan literasi digital—agar warga pedesaan tidak hanya memiliki akses, tetapi juga alasan untuk tetap terhubung.

Selanjutnya: J&T Express Genap 10 Tahun, Berikan Diskon Ongkir Hingga 50%

Menarik Dibaca: 6 Cara Mengatasi WC Mampet yang Efektif, Yuk Coba




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×