Sumber: Yahoo News | Editor: Noverius Laoli
Kondisi ini mengingatkan pada tantangan elektrifikasi dan penyediaan telepon di pedesaan pada pertengahan abad ke-20. Infrastruktur fisik tidak cukup; dibutuhkan penjangkauan, pembiayaan, dan perubahan budaya, khususnya untuk kelompok usia lanjut.
Program federal seperti Affordable Connectivity Program memang membantu rumah tangga berpenghasilan rendah untuk berlangganan internet.
Namun, mereka yang menolak tetap didominasi kelompok lanjut usia yang merasa internet tidak relevan. Klinik dan penyedia telehealth di pedesaan juga menghadapi kenyataan serupa: meski layanan daring tersedia, pasien lansia lebih memilih panggilan telepon.
Perusahaan lokal pun kesulitan mengisi posisi jarak jauh karena calon pekerja kurang percaya diri dengan keterampilan digital.
Baca Juga: Pasokan ATACMS Menipis, Bom Jarak Jauh AS Menuju Ukraina
Sementara itu, keluarga dengan orang tua yang gagap teknologi sering terkendala membantu anak-anak mengerjakan tugas sekolah daring. Akses fisik ke internet ada, tetapi literasi digital masih menjadi hambatan.
Mengatasi kesenjangan ini memerlukan pendekatan lokal. Subsidi nasional membangun jaringan, tetapi keberhasilan adopsi ditentukan oleh sekolah, perpustakaan, dan klinik yang berfungsi sebagai pusat literasi digital.
Beberapa negara bagian bahkan telah melatih pemimpin lokal sebagai navigator digital untuk membantu warga menggunakan internet dengan percaya diri.
Langkah sederhana lain yang bisa ditempuh adalah menawarkan layanan broadband gratis selama satu tahun agar masyarakat bisa merasakan langsung manfaatnya. Strategi seperti ini menekankan nilai penggunaan, bukan sekadar ketersediaan.
Baca Juga: Simak Tips Langgeng Bina Hubungan LDR Dengan Pasangan Jarak Jauh Ini
Tanpa keterlibatan lokal, jurang digital akan melebar. Anak muda mungkin meninggalkan daerah asal demi mencari peluang digital, sementara kelompok lanjut usia kian terisolasi. Manfaat ekonomi broadband baru bisa tercapai bila partisipasi masyarakat luas terjamin.
Pemerintah memang telah membangun fondasi fisik, tetapi tahap berikutnya menuntut strategi sosial—berbasis edukasi, penjangkauan, dan literasi digital—agar warga pedesaan tidak hanya memiliki akses, tetapi juga alasan untuk tetap terhubung.