Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pemerintah Partai Buruh Inggris berhasil menggeser Partai Konservatif dengan kemenangan yang gemilang dalam pemilihan umum, berjanji untuk segera bertindak dalam menumbuhkan ekonomi.
Namun, misi ini mungkin akan terhalang oleh kondisi keuangan negara yang tertekan akibat pengeluaran besar-besaran selama pandemi COVID-19.
Pemerintahan Partai Buruh yang dipimpin oleh Perdana Menteri Keir Starmer menekankan pentingnya investasi di sektor-sektor kunci seperti kesehatan dan pendidikan, sambil tetap mengutamakan keseimbangan anggaran negara.
Krisis ini diperparah oleh subsidi besar-besaran yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menutupi biaya energi setelah invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga minyak dan gas.
Baca Juga: Exit Poll Pemilu Inggris, Partai Buruh Menang Telak
Starmer berupaya keras untuk menghindari pengulangan kejadian pada Oktober 2022, ketika rencana pemotongan pajak tanpa dana dari pemerintah Konservatif waktu itu membuat pasar panik dan menyebabkan nilai poundsterling anjlok.
Kejadian tersebut juga mengakhiri jabatan perdana menteri Liz Truss yang penuh gejolak, yang hanya bertahan selama 49 hari sebelum digantikan oleh Rishi Sunak. Truss kemudian kehilangan kursinya pada pemilu Kamis (4/7).
Saat ini, perekonomian Inggris menunjukkan tanda-tanda stabilitas setelah keluar dari resesi ringan dan ketika inflasi mulai menurun. Partai Buruh tampaknya akan diuntungkan oleh pemulihan ekonomi ini, menurut Ashley Webb, ekonom Inggris di kelompok riset Capital Economics.
Namun, delapan tahun setelah Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa, dunia usaha masih merasakan dampak negatif dari Brexit, dengan sedikit harapan perubahan dalam waktu dekat.
Starmer dengan tegas menolak gagasan untuk kembali bergabung dengan pasar tunggal Eropa, serikat pabean, atau mengembalikan kebebasan bergerak bagi warga negara Uni Eropa.