kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,56   -6,79   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemilu AS jadi sorotan investor


Senin, 26 September 2016 / 11:30 WIB
Pemilu AS jadi sorotan investor


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

SAN FRANCISCO. Siapa yang menjadi presiden Amerika Serikat (AS) berikutnya akan menjadi fokus utama para pelaku pasar di Wall Street pada pekan ini. Awal pekan ini akan dimulai debat pertama antara Hillary Clinton, kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat dengan Donald Trump, calon dari Partai Republik.

Persaingan dua calon pemimpin AS itu cukup sengit. Jajak pendapat terakhir memperlihatkan selisih suara yang tipis. Hillary memang mendominasi dalam sejumlah jajak pendapat, namun belakangan selisihnya makin menyempit.

Polling yang dilakukan Reuters sebelum debat pendapat yakni pada periode 16-22 September menunjukkan 41% suara mendukung Hillary. Sementara Trump mengantongi 37% suara atau hanya berselisih 4 poin suara.

Adapun 22% menyatakan tidak mendukung salah satu kandidat. Dengan makin dekatnya hari pemilihan yakni enam minggu sejak sekarang, peta bisa saja berubah. Para investor pun masih wait and see dan meraba-raba peta kekuatan kedua kandidat tersebut.

Hillary memang lebih disukai kalangan Wall Street ketimbang Trump. Investor merasa khawatir tentang ketidakpastian mengenai apa yang akan dilakukan Trump jika terpilih sebagai Presiden AS. Beberapa kali proposal yang diajukan Trump juga kerap bertentangan dengan Partai Republik yang menjadi sponsornya.

Misalnya, Trump berlebihan dalam melindungi AS pada perdagangan internasional. Meski debat calon Presiden AS akan menjadi sentimen utama, beberapa investor percaya, indeks saham AS akan menuju level tertinggi pada pekan ini. Apalagi Bank Sentral AS yakni The Federal Reserve, pekan lalu, telah memutuskan mempertahankan suku bunga.

"Dalam seminggu ini kita mungkin melihat sentimen positif yang mendorong penguatan saham. Kecuali dalam perdebatan nanti, Trump berhasil memenangkannya," kata Phil Blancato, Chief Executive Ladenburg Thalmann Asset Management di New York.

Jagoan pasar

Blancato menilai, sosok Hilary lebih dikenal dan disukai pasar dibandingkan Trump yang kurang bersahabat pernyataannya bagi pasar. Dalam laporan terbarunya, Wells Fargo seperti dikutip Reuters menyebutkan, jika Hillary menjadi Presiden AS, pasar keuangan lebih netral.

Sebaliknya, jika Trump menang akan berimbas negatif bagi pasar keuangan. Meski menjadi favorit pasar, Hillary sejatinya kurang disukai di kalangan perusahaan farmasi. Sebab, mantan ibu negara tersebut acap mengkritik harga obat yang tinggi. Ia juga sering mengatakan akan melawan perusahaan farmasi yang menjual obat terlalu mahal.

Sementara Trump kerap melontarkan pernyataan kontroversial. Misal, ia terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya atas perjanjian perdagangan bebas. Hal ini membuat ketar-ketir kalangan industri yang berorientasi ekspor. "Eksportir mungkin akan menderita ketika Trump menjadi Presiden AS," kata David Schiegoleit, Managing Director Private Client Reserve U.S. Bank.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×