Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Penangguhan akun Twitter milik lima jurnalis atas klaim bahwa mereka mengungkapkan lokasi real time Elon Musk menarik reaksi cepat dari sejumlah kalangan, termasuk pejabat pemerintah, kelompok advokasi dan organisasi jurnalisme di seluruh dunia.
Bahkan, pejabat dari Prancis, Jerman, Ingris dan Uni Eropa mengutuk penangguhan tersebut. Mereka mengatakan, platform itu membahayakan kebebasan pers.
Para kritikus menganggap kejadian ini sebagai bukti baru dari Elon Musk, yang menganggap dirinya memiliki kebebasan berbicara mutlak, dan menghilangkan cuitan dan pengguna yang secara pribadi tidak disukainya.
Mengutip Reuters, Sabtu (17/12), saham Tesla, perusahaan mobil listrik yang dimiliki Elon Musk merosot 4,7% dan membukukan kerugian mingguan terburuk sejak Maret 2020.
Baca Juga: Twitter Tangguhkan Akun Beberapa Jurnalis, Elon Musk Ungkap Penyebabnya
Roland Lescure, Menteri Industri Prancis, lewat cuitannya di Twitter pada hari Jumat mengatakan bahwa dia akan menangguhkan aktivitasnya sendiri di Twitter setelah penangguhan akun Twitter jurnalis oleh Musk.
Melissa Fleming, kepala komunikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, men-tweet bahwa dia sangat terganggu oleh penangguhan tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa "kebebasan media bukanlah mainan."
Kementerian Luar Negeri Jerman memperingatkan Twitter bahwa kementerian mempermasalahkan tindakan yang membahayakan kebebasan pers.
Penangguhan tersebut berasal dari ketidaksepakatan atas akun Twitter bernama ElonJet, yang melacak pesawat pribadi Musk menggunakan informasi yang tersedia untuk umum.
Pada hari Rabu, Twitter menangguhkan akun dan lainnya yang melacak jet pribadi, meskipun tweet Musk sebelumnya mengatakan dia tidak akan menangguhkan ElonJet atas nama kebebasan berbicara.
Tak lama kemudian, Twitter mengubah kebijakan privasinya untuk melarang membagikan live location information alias informasi lokasi langsung.
Kemudian pada Kamis malam, beberapa jurnalis, termasuk dari New York Times, CNN dan Washington Post, diskors dari Twitter tanpa pemberitahuan.
Dalam email kepada Reuters semalam, Head of Trust an Safety Twitter, Ella Irwin, mengatakan tim secara manual meninjau semua akun yang melanggar kebijakan privasi baru dengan memposting tautan langsung ke akun ElonJet.
"Saya mengerti bahwa fokusnya tampaknya terutama pada akun jurnalis, tetapi kami menerapkan kebijakan tersebut secara setara untuk akun jurnalis dan non-jurnalis hari ini," kata Irwin melalui email.
Baca Juga: Investor Marah Mengetahui Elon Musk Jual Lagi Saham Tesla
The Society for Advancing Business Editing and Writing dalam sebuah pernyataan pada Jumat (16/12) mengatakan bahwa tindakan Twitter melanggar semangat Amandemen Pertama dan prinsip bahwa platform media sosial akan memungkinkan distribusi informasi tanpa filter yang sudah ada di lapangan publik.
Musk menuduh jurnalis memposting lokasi real-time-nya, yang pada dasarnya adalah "koordinat pembunuhan" untuk keluarganya.
Miliarder itu muncul sebentar di obrolan audio Twitter Spaces yang dipandu oleh jurnalis, yang dengan cepat berubah menjadi diskusi kontroversial tentang apakah reporter yang ditangguhkan benar-benar melanggar kebijakan dengan mengungkap lokasi real-time Musk.
"Jika Anda dox, Anda diskors. Akhir cerita," kata Musk berulang kali menjawab pertanyaan.
Dox adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kegiatan menerbitkan informasi pribadi tentang seseorang, biasanya dengan niat jahat.
Drew Harwell dari The Washington Post, salah satu jurnalis yang telah diskors tetapi tetap dapat bergabung dalam obrolan audio, menolak anggapan bahwa dia mengungkap Musk atau lokasi persis keluarganya dengan memposting tautan ke ElonJet.
Segera setelah itu, reporter BuzzFeed Katie Notopoulos, yang menjadi tuan rumah obrolan Spaces, men-tweet bahwa sesi audio tiba-tiba terputus dan rekaman tidak tersedia.
Selanjutnya, Musk lewat cuitannya di Twitter mengatakan: "Kami sedang memperbaiki bug Legacy. Seharusnya berfungsi besok."