kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Peneliti Inggris: Tidak Ada Bukti Varian Omicron Lebih Ringan dari Delta


Senin, 20 Desember 2021 / 15:11 WIB
Peneliti Inggris: Tidak Ada Bukti Varian Omicron Lebih Ringan dari Delta
ILUSTRASI. Virus Corona Varian Omicron


Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Peneliti Inggris mengungkapkan, tidak ada bukti varian Omicron lebih ringan dari Delta, menimbulkan keraguan pada optimisme hati-hati dari beberapa ahli bahwa jenis baru virus corona itu mungkin tidak virulen.

Studi oleh Imperial College London (ICL) yang rilis Jumat (17/12) pekan lalu menemukan risiko infeksi ulang varian Omicron lebih dari lima kali lebih tinggi dari Delta.

Penelitian non-peer-review ini berdasarkan data Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) dan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) terhadap orang yang positif Covid-19 dalam tes PCR antara 29 November dan 11 Desember.

“Kami tidak menemukan bukti Omicron memiliki tingkat keparahan (untuk risiko rawat inap dan status gejala) yang berbeda dari Delta,” sebut penelitian itu, meskipun menambahkan bahwa data rawat inap masih sangat terbatas.

“Mengacu status vaksin, usia, jenis kelamin, etnis, status tanpa gejala, wilayah, dan tanggal spesimen, Omicron dikaitkan dengan risiko infeksi ulang 5,4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Delta,” ungkap studi tersebut, seperti dikutip Al Jazeera.

Baca Juga: Bendung Varian Omicron, Belanda lockdown hingga 14 Januari 2022

Omicron menimbulkan ancaman besar

Namun, ICL mengatakan dalam sebuah pernyataan, perlindungan yang diberikan oleh infeksi masa lalu terhadap infeksi ulang oleh varian Omicron mungkin lebih rendah 19%.

Penelitian, yang melibatkan vaksin AstraZeneca dan Pfizer, juga menemukan peningkatan risiko yang signifikan untuk mengembangkan kasus Omicron simtomatik dibanding Delta bagi mereka yang dua minggu atau lebih melewati dosis suntikan kedua, dan dua minggu atau lebih setelah dosis booster mereka.

Bergantung pada perkiraan yang digunakan untuk efektivitas vaksin terhadap infeksi simtomatik dari varian Delta, ini berarti efektivitas vaksin 0%-20% setelah dua dosis dan antara 55%-80% setelah dosis penguat.

"Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang sejauh mana Omicron dapat menghindari kekebalan sebelumnya yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi," kata pemimpin studi Profesor Neil Ferguson dalam pernyataan ICL.

“Tingkat penghindaran kekebalan ini berarti bahwa Omicron menimbulkan ancaman besar dan segera bagi kesehatan masyarakat,” ungkapnya.

Baca Juga: Peringatan WHO: Omicron Bisa Bikin Rumah Sakit Kewalahan di Beberapa Wilayah



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×