Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
HONGKONG. HSBC yang membuat HSBC Trade Confidence Index, menemukan pelaku bisnis di Indonesia dan China menjadi pelaku bisnis ekspor impor yang paling optimis dalam melihat perdagangan internasional dalam tiga bulan mendatang. Indeks yang didapatkan dari survey terhadap 3.500 perusahaan menengah kecil di 12 negara utama di dunia ini, mengungkapkan pandangan yang mulai positif dari pelaku bisnis. Dalam skala 0-200, secara rata-rata para pelaku bisnis memberikan nilai 110.
Para responden dari China (121 poin), Indonesia (120 poin) dan UAE (118 poin) menjadi responden yang paling optimis dalam melihat aktivitas perdagangan dan pertumbuhannya. Pelaku usaha di Hong Kong, Singapura, dan Australia juga memperlihatkan sentimen yang membaik, di mana level optimisme mereka naik 10% dibandingkan survei serupa pada kuartal ke- 2 di 2009.
Menurut Lawrence Webb HSBC Global Head for Trade and Supply Chain, mereka bisa melihat sinyal yang memberi gambaran akan adanya perbaikan perdagangan global. “Semakin stabilnya volume perdagangan serta pertumbuhan yang cukup signifikan di beberapa pasar,” tutur Webb dalam rilisnya.
Survei ini juga memperlihatkan, secara global para pedagang mengharapkan lebih banyak demand, akses yang lebih baik terhadap fasilitas kredit, serta pandangan yang stabil terhadap risiko pembeli dan penjual. Untuk kawasan Asia, berbagai paket stimulus pemerintah, seperti halnya di China, berhasil meningkatkan sentimen yang mengarah kepada peningkatan perdagangan komoditi, material konstruksi, dan peralatan antar negara.
Pertumbuhan perdagangan dalam kawasan Asia dan tingkat konsumsi domestik yang bertambah kuat juga menandakan terjadinya perbaikan ekonomi. Meski secara umum pandangan pelaku bisnis mulai positif, masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa perbaikan ini akan terus berlanjut sebelum adanya perbaikan yang sama terjadi di negara-negara Barat.
Secara global, para pedagang masih melihat nilai tukar yang tidak stabil serta lemahnya permintaan sebagai tantangan utama bagi pertumbuhan bisnis ekspor impor dalam tiga bulan ke depan. Fluktuasi nilai tukar masih menjadi perhatian utama para responden di Brazil (58%), Inggris (56%), Asia tenggara (53%), Kawasan China dan sekitarnya (42%). Sementara kurangnya demand dipandang sebagai hambatan utama oleh para pelaku perdagangan di Amerika Serikat (36%), dan Australia (40%). Pedagang di India (55%) dan UAE (35%) masih khawatir dengan kecilnya margin keuntungan an tersedianya pinjaman.
Sebagian besar importir dan eksportir dari Indonesia (43%) masih melanjutkan aktivitas perdagangan dengan kawasan Asia tenggara, disusul oleh kawasan Cina dan sekitarnya (40%), serta negara-negara Asia lainnya (35%). Sebanyak 32% responden masih melihat bahwa prospek pertumbuhan perdagangan dengan China sebagai yang paling menjanjikan, disusul Asia Tenggara (20%).
Sebagian besar responden (71%) masih melihat fluktuasi nilai tukar sebagai hambatan utama perdagangan internasional. Tapi hanya 10 persen di antara mereka yang beranggapan fluktuasi nilai tukar ini akan mempengaruhi aktivitas ekspor- impor mereka dalam tiga bulan yang akan datang.