kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.624.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.305   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.109   35,72   0,50%
  • KOMPAS100 1.044   5,37   0,52%
  • LQ45 824   5,99   0,73%
  • ISSI 212   -0,11   -0,05%
  • IDX30 427   5,07   1,20%
  • IDXHIDIV20 512   6,64   1,31%
  • IDX80 119   0,49   0,41%
  • IDXV30 122   1,03   0,85%
  • IDXQ30 140   1,68   1,21%

Perang Dagang Berkobar Usai Trump Umumkan Tarif Impor


Minggu, 02 Februari 2025 / 16:50 WIB
Perang Dagang Berkobar Usai Trump Umumkan Tarif Impor
ILUSTRASI. U.S. President Donald Trump looks on as he issues executive orders and pardons for Jan. 6 defendants, whose names are seen on the document he holds, in the Oval Office at the White House on Inauguration Day in Washington, U.S., January 20, 2025. REUTERS/Carlos Barria


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perang dagang berkobar lagi. Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan tarif impor sebesar 25% kepada Kanada dan Meksiko. Kedua negara tersebut akan membalasnya. 

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan negaranya akan mengenakan tarif sebesar 25% terhadap barang-barang AS senilai C$ 155 miliar setara dengan Rp 1.756,77 triliun. "Bir, anggur, makanan, dan peralatan Amerika akan menjadi salah satu dari sekian banyak barang yang dikenakan tarif Kanada, dan negara tersebut juga mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan mineral penting, kata Trudeau. Ia mendorong warga Kanada untuk membeli produk buatan lokal dan melewatkan liburan di AS.

Sementara Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum berjanji untuk mengenakan tarif balasan. Begitu juga China berjanji membalas pungutan Trump sebesar 10% terhadap ekspor China tanpa mengumumkan tarif baru.

Baca Juga: Demi Dorong Ekonomi, India Pangkas Pajak Kelas Menengah

Tanggapan dari tiga mitra dagang terbesar Amerika muncul tak lama setelah Trump menandatangani perintah untuk mengenakan tarif AS pada Sabtu. Tindakan tersebut mulai berlaku pada pukul 12:01 dini hari pada hari Selasa, dan tidak jelas apakah itu merupakan kesempatan terakhir untuk mencapai kesepakatan.

"Ini menandai fase baru perang dagang yang menargetkan banyak negara, termasuk sekutu dan China, untuk memenuhi tujuan kebijakan ekonomi dan geopolitik AS," kata Gary Ng, ekonom senior di Natixis SA. Kementerian China akan mengajukan tuntutan kepada Organisasi Perdagangan Dunia dalam pada Minggu, tetapi tidak secara eksplisit mengancam tarif balasan atas impor AS. 

Pemerintah Presiden Xi Jinping dalam beberapa bulan terakhir justru memilih bersikap hati-hati terhadap AS, tidak membalas apun terhadap pembatasan perdagangan yang dapat meningkatkan ketegangan.

Trump memutuskan untuk menghukum ketiga negara tersebut karena gagal mencegah aliran migran tidak berdokumen dan obat-obatan terlarang. Meskipun ia juga telah mengisyaratkan kemungkinan penangguhan hukuman jika Meksiko dan Kanada mampu mengatasi kekhawatirannya.

Baca Juga: Penggunaan Anggaran K/L dan TKD Hasil Realokasi Tunggu Pengumuman Kemenkeu

Namun, impor energi dari Kanada seperti minyak dan listrik akan dibebaskan dari pungutan sebesar 25% dan akan dikenakan tarif sebesar 10%. Pejabat Gedung Putih mengatakan, hal tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan tekanan ke atas pada harga bensin dan minyak pemanas rumah. Selain itu, produk solar olahan, uranium, batu bara, biofuel, dan mineral penting juga akan dikenakan tarif lebih rendah.

Kebijakan ini jauh lebih besar ketimbang masa jabatan pertama Trump. Kebijakan ini hampir membatalkan kesepakatan perdagangan yang dinegosiasikannya dengan Kanada dan Meksiko pada masa jabatan pertamanya dan menaikkan biaya barang-barang utama, seperti makanan, perumahan, dan bensin untuk warga Amerika. 

Secara keseluruhan, dampak tarif kali ini akan mempengaruhi setengah dari produk impor AS karena ketiga negara tersebut menyumbang hampir setengah dari seluruh volume impor AS. Sebagian besar ekonom dan banyak kelompok bisnis memperingatkan pungutan perdagangan akan mengganggu rantai pasokan, menaikkan inflasi dan mengurangi arus perdagangan global. 

Pasalnya kebijakan ini akan mengenakan semua paket termasuk paket kecil yang semula tidak masuk atau tidak dikenakan tarif impor. Namun saat ini paket tersebut akan tetap dikenakan tarif tinggi. Pengenaan tarif pada paket kecil ini akan mempengaruhi industri e-commerce dan penjualan online yang bergantung pada pengiriman paket kecil dari luar negeri. 

Langkah-langkah yang diambil Trump juga memiliki implikasi bagi sektor otomotif dan energi. Industri manufaktur AS dan Kanada juga akan terdampak.

Baca Juga: Tak Satu Dolar AS Pun Cair, Hashim Sebut Program JETP Gagal

"Pemberlakuan tarif akan merugikan pekerjaan, investasi, dan konsumen Amerika,” kata Jennifer Safavian, presiden Autos Drive America, dalam email dikutip Bloomberg. Namun, produsen mobil AS akan lebih diuntungkan dan lebih fleksibel sehingga mempermudah produsen otomotif menjalankan operasi bisnisnya. Sehingga membuka lebih banyak peluang produsen mobil AS untuk mengekspor produk mereka ke luar negeri. 

Meksiko juga akan menerapkan langkah-langkah non-tarif, sambil meminta kerja sama dengan AS dalam hal keamanan dan mengatasi krisis kesehatan masyarakat akibat fentanil. "Ekonomi Meksiko dapat memasuki resesi parah jika tarif Trump tetap berlaku selama lebih dari seperempat," kata Gabriela Siller, direktur analisis ekonomi Grupo Financiero Base. Jika tarif berlangsung beberapa bulan, depresiasi peso Meksiko dapat mencapai rekor tertinggi. Selain itu, tarif AS dapat membekukan investasi asing langsung baru di Meksiko. 

Produsen mobil seperti General Motors Co., Ford Motor Co., dan Stellantis NV, yang memiliki rantai pasokan global dan paparan besar ke Meksiko dan Kanada, dapat mengalami perubahan yang signifikan.

Selanjutnya: Demi Dorong Ekonomi, India Pangkas Pajak Kelas Menengah

Menarik Dibaca: Cara Tercepat Turunkan Gula Darah Tinggi Ketika Darurat di Rumah



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×