Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing Co. (BA.N), melaporkan telah mengirimkan 48 pesawat pada Juli 2025.
Angka ini turun dari 60 pesawat pada Juni, namun meningkat lima unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian tersebut menjadi jumlah pengiriman tertinggi Boeing di bulan Juli sejak 2017, ketika perusahaan mengirimkan 58 pesawat.
Meski demikian, Boeing masih tertinggal dari Airbus (AIR.PA), rivalnya dari Eropa, dalam hal pengiriman sepanjang tahun ini.
Airbus Tetap Memimpin Meski Hadapi Kendala Mesin
Pada Juli 2025, Airbus mengirimkan 67 pesawat, lebih sedikit dibandingkan 77 unit pada Juli 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah pesawat yang belum bisa dikirim karena kekurangan pasokan mesin.
Baca Juga: Soal Pembelian Pesawat Boeing dari AS, Rosan: Sudah Terkirim 1, Sisa 49 Lagi!
Meski menghadapi tantangan pasokan dari pemasok mesin terbesar CFM International—patungan antara GE Aerospace dan Safran—serta keterlambatan dari kompetitornya Pratt & Whitney akibat pemogokan baru-baru ini, Airbus tetap unggul dalam akumulasi pengiriman tahun berjalan.
Hingga akhir Juli, Airbus telah mengirimkan 373 pesawat, mengungguli Boeing yang mencatatkan 328 pengiriman.
Dominasi di Segmen Pesawat Lorong Tunggal
Segmen single-aisle jet atau pesawat lorong tunggal, yang menyumbang sekitar 66% dari total pengiriman pesawat komersial, juga dikuasai Airbus.
-
Airbus: 286 unit A320neo family
-
Boeing: 243 unit 737 MAX
Rincian pengiriman pada Juli 2025:
-
Boeing: 37 unit 737 MAX (20 untuk perusahaan leasing, 17 untuk maskapai), 8 unit 787, 2 unit 777 freighter, dan 1 unit 767 freighter.
-
Airbus: 5 unit A220, 54 unit A320neo family, 2 unit A330, dan 6 unit A350.
Baca Juga: Boeing Ajukan Tawaran Kontrak Baru kepada Serikat Pekerja Perakitan Jet Tempur
Pesanan Baru dan Pembatalan
Pengiriman pesawat menjadi indikator penting bagi Wall Street, karena sebagian besar pembayaran dari pelanggan dilakukan saat pesawat diserahkan.
Pada Juli, Boeing membukukan 31 pesanan bruto, terdiri dari 30 unit 737 MAX dan 1 unit 787. Namun, Republik Irak membatalkan 1 pesanan 787, meski masih memiliki 7 unit dalam daftar tunggu.
Secara total, hingga akhir Juli Boeing menerima 699 pesanan baru, atau 655 pesanan bersih setelah dikurangi pembatalan dan konversi. Backlog pesanan Boeing mencapai 5.968 unit setelah penyesuaian sesuai standar akuntansi AS.
Proyeksi Tahunan dan Tantangan Produksi
Airbus menargetkan dapat mengirimkan 820 pesawat pada akhir 2025, naik 7% dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, Boeing belum memberikan panduan resmi untuk target pengiriman tahunan. Perusahaan masih fokus menstabilkan produksi setelah insiden panel terlepas di udara pada pesawat 737 MAX baru pada Januari 2024, yang mengungkap masalah kualitas dan keselamatan produksi secara luas.