Sumber: Economic Times | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Air India Ltd., maskapai milik Tata Group, tengah berupaya mengambil keuntungan dari ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dengan mengincar pesawat Boeing Co. yang ditolak oleh maskapai-maskapai China.
Menurut sumber yang dekat dengan diskusi internal, Air India berencana mendekati Boeing untuk mengakuisisi sejumlah pesawat yang sebelumnya disiapkan untuk pelanggan China namun batal dikirim karena hambatan tarif perdagangan.
Kebutuhan Mendesak untuk Tambahan Armada
Langkah ini sejalan dengan kebutuhan mendesak Air India untuk mempercepat program transformasinya. Maskapai ini berupaya memperkuat armadanya dengan cepat, khususnya untuk mendukung ekspansi unit berbiaya rendah, Air India Express.
Baca Juga: Dua Pesawat Boeing 737 MAX 8 untuk Maskapai China Kembali ke AS Imbas Perang Tarif
Hingga Maret 2025, Air India telah menerima 41 unit Boeing 737 Max yang awalnya dibuat untuk maskapai China, namun pengirimannya tertunda karena berbagai isu, termasuk kekhawatiran keamanan atas baterai litium pada perekam suara kokpit.
Kompetisi di Asia: Malaysia Aviation Group Ikut Bersaing
Air India bukan satu-satunya maskapai Asia yang membidik peluang ini. Malaysia Aviation Group Bhd. juga sedang dalam pembicaraan dengan Boeing untuk mengambil alih slot pengiriman yang ditinggalkan oleh maskapai China.
Ketertarikan ini muncul setelah pemerintah Tiongkok menginstruksikan maskapai lokal untuk tidak menerima pesawat Boeing, menyusul penerapan tarif balasan terhadap barang-barang buatan AS hingga 125 persen.
Meski ada peluang, pesawat-pesawat yang telah dibuat atau sedang dalam proses perakitan membawa tantangan tersendiri. Konfigurasi kabin biasanya sudah ditentukan oleh pelanggan awal dan sebagian pembayaran pun sudah dilakukan. Adaptasi terhadap kebutuhan maskapai baru dapat memerlukan waktu dan biaya tambahan.
Baca Juga: Malaysia Airlines Berminat Membeli Pesawat Boeing yang Dikembalikan China ke AS
Ketertarikan maskapai non-China terhadap pesawat yang tersedia membantu meredam dampak jangka pendek bagi Boeing. Namun, dalam jangka panjang, perseteruan perdagangan ini dapat membuat Boeing semakin tersisih dari pasar Tiongkok salah satu pasar penerbangan terbesar dunia.
Rival Boeing, Airbus SE asal Eropa, telah mengambil keuntungan dari ketegangan geopolitik ini dalam beberapa tahun terakhir.
Strategi Ekspansi Air India Express
Air India disebut tertarik terhadap tambahan unit 737 Max untuk memperkuat Air India Express, terutama untuk bersaing dengan InterGlobe Aviation Ltd., operator maskapai dominan India, IndiGo.
Air India diperkirakan akan menerima sembilan lagi dari pesawat Boeing yang disimpan hingga Juni 2025, menjadikan totalnya 50 unit. Sebelumnya, stok ini diperkirakan akan habis dalam beberapa bulan ke depan, tetapi dengan perang dagang yang berlanjut, pasokan Boeing bisa tetap tersedia.
Pesawat-pesawat tersebut umumnya dicat ulang di fasilitas Air India di Bengaluru. Air India Express berencana mengganti kursi kelas bisnis dengan kursi ekonomi secara penuh pada April 2026. Namun, progres ini terkendala oleh masalah rantai pasokan yang melambatkan modifikasi interior pesawat.
Baca Juga: Pesawat Boeing yang Dikirim untuk China Kembali ke AS, Jadi Korban Perang Tarif Trump
Keterlambatan Pengiriman Pesanan Baru dan Risiko Persainga
Air India masih menunggu pengiriman 140 pesawat narrowbody dari pesanan tahun 2023, yang dijadwalkan baru akan dimulai setelah Maret 2026. Keterlambatan ini dapat membuat Air India semakin tertinggal dari IndiGo jika tidak bisa mengamankan lebih banyak unit Boeing dalam waktu dekat.
Selain itu, program retrofit yang sedang berlangsung dan rencana penghapusan beberapa model Airbus dari armada akan memperlambat pertumbuhan jangka pendek.
CEO Air India, Campbell Wilson, bulan lalu menyatakan bahwa perusahaan sedang mencoba menarik pelanggan dengan tarif penerbangan yang lebih murah, sambil berupaya menutupi kekurangan akibat kabin lama dan keterlambatan pembaruan layanan.
Upaya ini diharapkan dapat mempertahankan posisi Air India dalam pasar domestik dan internasional yang semakin kompetitif.