Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang gencatan tarif dengan China selama 90 hari pada Senin (11/8/2025).
Langkah ini menunda kenaikan tarif impor hingga pertengahan November, memberi waktu bagi pelaku ritel AS untuk mengamankan pasokan musim liburan akhir tahun dengan tarif lebih rendah.
Baca Juga: Ribuan Petani Vietnam Tergusur Proyek Golf Mewah Trump, Harga Ganti Rugi Picu Protes
Tarif impor AS terhadap barang China tetap di 30%, sementara tarif China atas barang AS bertahan di 10%.
Tanpa perpanjangan, tarif kedua negara bisa melonjak ke tiga digit 145% untuk barang China dan 125% untuk barang AS yang dinilai akan memicu embargo dagang de facto.
"Kita lihat saja nanti," kata Trump, seraya menyebut hubungannya dengan Presiden China Xi Jinping baik.
"Ini kabar positif. Bersamaan dengan langkah-langkah deeskalasi yang diambil kedua pihak dalam beberapa minggu terakhir, ini menunjukkan adanya upaya untuk melihat apakah bisa tercapai kesepakatan yang menjadi dasar pertemuan Xi–Trump musim gugur ini," ujar Wendy Cutler, Wakil Presiden Asia Society Policy Institute sekaligus mantan pejabat senior perdagangan AS.
Baca Juga: Trump Desak China Lipatgandakan Impor Kedelai AS, Harga Naik di Bursa Chicago
Kesepakatan gencatan ini pertama kali diumumkan Mei lalu di Jenewa, lalu diperbarui setelah pertemuan di Stockholm pada akhir Juli.
Menurut mantan pejabat perdagangan AS Kelly Ann Shaw, Trump kemungkinan menekan China untuk memberi konsesi tambahan sebelum menyetujui perpanjangan.
"Tidak akan menjadi negosiasi ala Trump jika tidak sampai ke detik-detik terakhir," katanya.
Ryan Majerus, mantan pejabat perdagangan AS yang kini di firma hukum King & Spalding, menilai perpanjangan ini memberi ruang bagi kedua negara untuk membahas isu perdagangan yang sudah lama tertunda.
"Ini pasti akan menurunkan kecemasan kedua pihak sambil mereka bekerja menuju kerangka kesepakatan musim gugur nanti," ujarnya.
Baca Juga: Seruan Boikot Merek Amerika di India Menggema Imbas Tarif Tinggi Trump
Data Departemen Perdagangan AS menunjukkan defisit dagang AS–China pada Juni menyempit 70% dibanding setahun sebelumnya, menjadi US$ 9,5 miliar atau terendah sejak Februari 2004.
Washington juga terus menekan Beijing untuk menghentikan pembelian minyak Rusia, dengan ancaman tarif sekunder.