Sumber: Bernama,Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Perusahaan induk Malaysia Airlines, Malaysia Aviation Group, sedang berbicara dengan Boeing tentang akuisisi pesawat baru yang tersedia jika maskapai China berhenti menerima pengiriman, kata direktur pelaksananya kepada kantor berita pemerintah Malaysia Bernama.
Mengutip Reuters, Senin (21/4), Boeing tampaknya akan memulangkan kembali beberapa pesawat 737 MAX miliknya ke AS dari China, tempat mereka menempatkannya sebelum pengiriman ke pelanggan China.
Baik Boeing maupun China tidak mengomentari alasan pengembalian pesawat tersebut, dan tidak jelas pihak mana yang membuat keputusan tersebut.
Malaysia Airlines tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Baca Juga: Pesawat Boeing Kedua Dikembalikan dari China, Jadi Korban Perang Tarif Dagang
Jika slot pengiriman Boeing tersedia sebagai akibat dari perang tarif antara Amerika Serikat dan China, Malaysia Aviation Group memandang ini sebagai peluang untuk mengamankan pengiriman lebih awal dari yang diharapkan, kata Izham Ismail dari MAG seperti dilaporkan Bernama.
"Malaysia Aviation Group sedang berbincang dengan Boeing tentang apakah kami dapat mengambil alih slot tersebut," kata Ismail kepada Bernama.
Maskapai penerbangan di seluruh dunia sangat menginginkan pesawat baru tetapi menghadapi waktu pengiriman yang lebih lama karena hambatan rantai pasokan pascapandemi, dan perlambatan produksi di Boeing karena pengawasan regulasi yang lebih ketat dan pemogokan buruh.
Malaysia Aviation Group yang dimiliki oleh dana kekayaan negara Malaysia, Khazanah Nasional, telah terus mengembangkan dan memperbarui armadanya dan bertujuan untuk mengoperasikan armada berbadan sempit yang terdiri dari 55 pesawat 737 MAX generasi baru pada tahun 2030.
Baca Juga: Pesawat Boeing yang Dikirim untuk China Kembali ke AS, Jadi Korban Perang Tarif Trump
Bulan lalu, perusahaan tersebut mengatakan akan membeli 18 pesawat 737 MAX 8 dan 12 pesawat 737 MAX 10, dengan opsi untuk membeli 30 jet lagi.
Perusahaan juga memiliki kesepakatan untuk menyewa 25 pesawat 737 MAX dari Air Lease Corp antara tahun 2023 dan 2026.
Ismail mengatakan setiap pengaturan potensial untuk mengambil pesawat tambahan dari slot pengiriman yang kosong tidak akan menjadi bagian dari kesepakatan Air Lease Corp tersebut, dan MAG perlu masuk ke pasar modal untuk mengumpulkan dana tambahan.