kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

China Tak Akan Lagi Pesan Pesawat Boeing Imbas Tarif AS


Selasa, 15 April 2025 / 20:33 WIB
China Tak Akan Lagi Pesan Pesawat Boeing Imbas Tarif AS
ILUSTRASI. Pesawat China Eastern Airlines dan pesawat Shanghai Airlines terlihat di Bandara Internasional Hongqiao di Shanghai, China, Kamis (4/6/2020).


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China memerintahkan maskapai nasionalnya untuk menghentikan seluruh pengiriman pesawat Boeing sebagai respons atas keputusan Amerika Serikat yang memberlakukan tarif impor sebesar 145% terhadap barang-barang asal China, menurut sumber Bloomberg News pada Selasa (15/4).

Saham Boeing turun 3% dalam perdagangan pra-pasar menyusul kabar ini. Sebaliknya, saham Airbus, saingan Boeing yang telah lama mendominasi pasar China naik 1%.

Industri dirgantara global kini terseret dalam pusaran perang dagang penuh antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Para produsen pesawat, maskapai, dan pemasok kini harus meninjau ulang kontrak-kontrak senilai miliaran dolar. Situasi ini diperburuk setelah pemasok AS, Howmet Aerospace, memicu perdebatan soal siapa yang seharusnya menanggung beban tarif baru tersebut.

Baca Juga: Boeing Donasikan US$ 1 Juta untuk Pelantikan Presiden Trump

Tiga maskapai terbesar China, Air China, China Eastern Airlines, dan China Southern Airlines sebelumnya dijadwalkan menerima masing-masing 45, 53, dan 81 unit pesawat Boeing antara tahun 2025 hingga 2027. Selain menangguhkan pengiriman pesawat, China juga meminta maskapai nasional untuk menghentikan pembelian suku cadang dan peralatan terkait pesawat dari perusahaan-perusahaan AS. Langkah ini akan meningkatkan biaya perawatan armada Boeing yang masih beroperasi di wilayah China.

Pemerintah China juga sedang mempertimbangkan langkah-langkah dukungan bagi maskapai yang menyewa pesawat Boeing dan menghadapi lonjakan biaya akibat tarif.

China merupakan negara pertama yang memutuskan untuk menghentikan operasi seluruh armada Boeing 737 MAX setelah dua kecelakaan fatal pada 2018 dan 2019 yang menewaskan hampir 350 orang. Setelah sebagian besar pemesanan dan pengiriman pesawat model tersebut dihentikan.

Penangguhan pengiriman terbaru ini menjadi pukulan lanjutan bagi Boeing, yang tengah berjuang memulihkan diri dari tahun-tahun penuh tantangan, termasuk pemogokan pekerja, pengawasan ketat dari regulator, serta gangguan rantai pasok yang terus berlanjut.

Langkah China ini menyusul keputusan pekan lalu untuk menaikkan bea masuk terhadap produk-produk AS hingga 125%, sebagai aksi balasan terhadap tarif baru dari Washington. Kenaikan tarif ini secara drastis meningkatkan harga pesawat Boeing di pasar China, sehingga mendorong maskapai untuk mempertimbangkan alternatif seperti Airbus atau produsen dalam negeri, COMAC.

Baca Juga: India Perlu Pesan Pesawat Lebih Banyak Jika Ingin Boeing Bangun Pabrik

Nilai saham Boeing telah anjlok lebih dari sepertiga sejak insiden panel pintu yang terlepas dari pesawat MAX 9 baru pada tahun lalu, yang memicu serangkaian krisis baru bagi pabrikan asal AS tersebut.

Analis memperingatkan ketegangan tarif yang terus meningkat ini bisa menghentikan arus perdagangan barang antara AS dan China, yang pada 2024 bernilai lebih dari US$ 650 miliar.

Selanjutnya: Tingkat Okupansi Hotel Saat Lebaran Turun Drastis, Begini Kata PHRI

Menarik Dibaca: Rawat Mata Tetap Sehat, JEC Hadirkan One-Stop Service untuk Kesehatan Mata Anak



TERBARU

[X]
×