Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Penjualan kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) dunia mulai melambat. Data terbaru melaporkan pertumbuhan EV global pada November 2025 merupakan pertumbuhan paling lambat sejak Februari 2024.
Ini terjadi seiring dengan pasar EV China yang mulai stagnan, diikuti oleh program kredit pajak EV di Amerika Serikat yang telah berakhir. Alhasil, penjualan di kawasan ini turun drastis.
Menurut data Benchmark Mineral Intelligence (BMI), total pendaftaran EV global naik sekitar 6% menjadi hampir 2 juta unit pada November. Di China, pendaftaran pasar EV hanya naik 3% menjadi lebih dari 1,3 juta unit, ini merupakan angka pertumbuhan tahunan paling rendah.
Menurut laporan Reuters, Jumat (12/12), di Amerika Utara, penjualan merosot 42% menjadi sedikit di atas 100.000 unit akibat berakhirnya kredit pajak, sehingga total penurunan mencapai 1%.
Di AS, pencabutan insentif sebesar US$ 7.500 membuat penjualan EV melambat 18% pada November dibanding tahun lalu. Pasokan EV di diler kini mencapai 126 hari, dua kali lipat dari kendaraan hybrid dan lebih tinggi 40% dibanding mobil berbahan bakar bensin. Data sebelumnya menunjukkan, sebelum kredit pajak dicabut, pasokan EV hanya 47 hari.
Baca Juga: Raksasa Kripto Tether Berencana Ambil Alih Juventus dari Keluarga Agnelli
Mandat terancam
Insentif EV untuk pengemudi Uber juga mulai dikurangi. Sebelumnya, perusahaan ride hailing asal AS ini memberikan bonus hingga US$ 4.000 bagi pengemudi yang beralih ke EV. Kini insentif terbatas untuk 2.500 pengemudi dengan syarat menyelesaikan 100 perjalanan sebelum April 2026.
Di sisi lain, penjualan EV di Eropa masih menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan 36%, atau sekitar 400.000 unit, berkat program insentif nasional yang mendorong konsumen membeli EV.
Di Eropa, perdebatan soal masa depan mobil berbahan bakar bensin semakin panas. Beberapa produsen otomotif besar, seperti BMW, Mercedes-Benz, dan Stellantis, dikabarkan menyiapkan strategi cadangan untuk terus memproduksi mobil berbahan bakar bensin hingga melewati batas larangan UE pada 2035.
Produsen khawatir, jika tidak siap, permintaan konsumen masih akan ada, terutama dari segmen hybrid atau extended range EV. "Konsumen belum siap membeli mobil listrik sepenuhnya di 2035," ujar Benjamin Krieger, Sekjen Asosiasi Pemasok Otomotif Eropa.
Di sisi lain, kelompok advokasi EV menekankan, setiap penundaan dalam transisi ke kendaraan listrik justru bakal memperlebar kesenjangan dengan China. Negara ini dinilai sudah lebih dulu menguasai pasar global.
Baca Juga: PLA China Peringatkan Jepang: Satu Langkah Salah Bisa Seret Asia ke Jurang Konflik













