Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pentagon menyatakan bahwa serangan militer Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu telah melumpuhkan kemampuan nuklir Teheran hingga dua tahun ke depan.
Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Pentagon, Sean Parnell, dalam konferensi pers pada Rabu (19/6) waktu setempat.
Serangan Bunker-Buster dan Rudal Tomahawk
Dalam operasi militer tersebut, pesawat pengebom AS menggempur tiga fasilitas nuklir Iran menggunakan lebih dari selusin bom bunker-buster seberat 30.000 pon (sekitar 13.600 kg) serta lebih dari dua lusin rudal jelajah Tomahawk.
Target utama termasuk fasilitas Fordow, salah satu situs pengayaan uranium paling dijaga dan tersembunyi milik Iran.
Parnell menyatakan, “Kami telah melumpuhkan program mereka selama satu hingga dua tahun. Itulah penilaian intelijen di dalam Departemen Pertahanan.” Ia menambahkan bahwa estimasi resmi mendekati dua tahun, meski tidak memberikan bukti spesifik yang mendukung pernyataannya.
Baca Juga: Iran Diduga Pasang Ranjau di Selat Hormuz, Dunia Cemas Jalur Minyak Global Terblokir
Evaluasi Intelijen Masih Berlangsung
Pernyataan terbaru ini menandai pergeseran dari penilaian awal yang lebih hati-hati, di mana laporan awal dari Defense Intelligence Agency (DIA) hanya menyebutkan bahwa program nuklir Iran kemungkinan mundur selama beberapa bulan.
Namun, pejabat senior pemerintahan Trump mengonfirmasi bahwa penilaian tersebut memiliki “tingkat kepercayaan rendah” dan telah diperbarui berdasarkan intelijen terbaru yang menunjukkan kerusakan lebih parah.
Presiden Donald Trump sendiri sempat menyatakan tak lama setelah serangan terjadi bahwa program nuklir Iran telah "dihancurkan sepenuhnya", sebuah narasi yang kini didukung oleh pernyataan Pentagon.
Kritik dan Keraguan dari Internasional
Namun demikian, klaim Amerika Serikat tersebut mendapatkan respons beragam dari komunitas internasional.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyebut bahwa Iran masih berpotensi untuk kembali memproduksi uranium yang diperkaya dalam beberapa bulan ke depan, menimbulkan keraguan tentang seberapa efektif serangan tersebut dalam menghentikan ambisi nuklir Teheran.
Baca Juga: Iran Perketat Regulasi Kripto Pasca Serangan Siber Pro-Israel
Beberapa analis juga memperingatkan bahwa Iran kemungkinan besar telah memindahkan sebagian stok uranium yang sangat diperkaya ke luar situs Fordow sebelum serangan dilakukan, sehingga mampu mempertahankan sebagian kapasitas nuklirnya.
Namun, Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengaku tidak memiliki informasi intelijen yang mengonfirmasi pemindahan tersebut.
Dari pihak Iran, Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi mengakui bahwa fasilitas Fordow mengalami kerusakan serius akibat serangan AS. Dalam wawancara dengan CBS News, Araqchi menyatakan, “Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi di Fordow. Namun sejauh yang kami tahu, fasilitas tersebut mengalami kerusakan yang sangat berat.”