Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Inflasi Rusia telah memburuk karena negara ini terus melancarkan perang terhadap Ukraina. Hal itu menyebabkan barang-barang kebutuhan sehari-hari pun terasa tidak terjangkau bagi kebanyakan orang.
Salah satunya adalah mentega. Mengutip The Telegraph, berdasarkan statistik resmi, harga sebatang mentega telah naik seperempat sejak tahun lalu. Angka ini jauh lebih tinggi daripada tingkat inflasi Rusia sebesar 8,6%.
Lonjakan harga telah memicu aksi pencurian di supermarket. Di sisi lain, kekurangan stok mentega juga telah menjadi hal yang umum.
Lonjakan harga mentega selama setahun terakhir telah menyebabkan peningkatan langkah-langkah keamanan di supermarket setelah meningkatnya aksi pencurian.
Sejumlah media Rusia melaporkan bahwa peritel telah mulai menempatkan batangan-batangan mentega di dalam wadah plastik terkunci untuk mencegah pencuri.
Melansir Fortune.com, baru-baru ini terjadi perampokan mentega, di mana dua pria bertopeng menerobos masuk ke toko susu dan mencuri 20 kg mentega. Kondisi ini menunjukkan betapa buruknya masalah tersebut.
Baca Juga: Menanti 10 Tahun, Pesawat Siluman J-35A Milik China Bakal Mengudara Perdana Pekan Ini
Harga sepotong mentega telah meningkat sebesar 25,7% sejak Desember, yang memicu serangkaian pencurian di seluruh Rusia dan menyoroti keadaan ekonomi masa perang.
Setelah gelombang sanksi awal terhadap Rusia setelah invasinya, laporan menunjukkan supermarket menempelkan label antipencurian pada kaleng daging untuk mencegah pencurian di toko. Sekarang, pengecer harus mengambil tindakan serupa untuk mentega dan bahan pokok lainnya.
Bulan lalu, bank sentral Rusia menaikkan suku bunga menjadi 21% —hampir tujuh kali lipat dari kawasan Euro.
Bank sentral Rusia berharap bahwa dengan menaikkan suku bunga untuk "ekonomi yang terlalu panas," inflasi dapat turun menjadi 4,5-5% tahun depan, turun tajam dari 9,1% pada bulan Agustus.
"Pabrik pembuat mentega rata-rata akan sangat senang memenuhi permintaan dan bekerja dalam tiga shift juga. Tetapi tidak ada cukup orang untuk mereka pekerjakan," jelas Alexandra Prokopenko, seorang peneliti di Carnegie Russia Eurasia Center di Berlin, mengatakan kepada Financial Times.
"Anda tidak dapat melawan inflasi dan perang pada saat yang bersamaan," tambahnya.
Tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin tidak setuju. Ia percaya negara itu dapat memasok senjata dan mentega—dalam arti sebenarnya—tanpa membuat pengorbanan yang menyakitkan.
Baca Juga: Trump Diprediksi Bakal Gunakan Strategi Ancaman dan Rayuan kepada Putin, Xi, & Kim