Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - YEREVAN/BAKU. Perang antara Azerbaijan dan daerah kantong pegunungan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh meletus. Pertempuran meningkat tajam pada Senin (28/9/2020) dan menyebabkan 55 orang tewas dalam hari kedua bentrokan sengit.
Melansir Reuters, kedua belah pihak saling menghantam dengan roket dan artileri dalam putaran paling sengit dari konflik yang telah berlangsung puluhan tahun dalam lebih dari seperempat abad.
“Ini adalah perang hidup-dan-mati,” Arayik Harutyunyan, pemimpin Nagorno-Karabakh, mengatakan dalam sebuah penjelasan.
Setiap langkah untuk berperang dapat menyeret kekuatan regional utama Rusia dan Turki. Moskow memiliki aliansi pertahanan dengan Armenia, yang memberikan dukungan vital ke sejumlah daerah dan merupakan jalur kehidupannya bagi dunia luar. Sementara Ankara mendukung kerabat etnis Turki sendiri di Azerbaijan.
Baca Juga: Erdogan: Armenia harus segera menarik diri dari tanah Azerbaijan!
“Kami belum pernah melihat yang seperti ini sejak gencatan senjata pada tahun 1990-an. Pertempuran terjadi di semua bagian garis depan,” kata Olesya Vartanyan, analis senior wilayah Kaukasus Selatan di Crisis Group.
Nagorno-Karabakh mengatakan, 53 tentaranya tewas dalam pertempuran dengan pasukan Azeri Senin. Sebelumnya, pada Minggu (27/9/2020), Nagorno-Karabakh mengaku ada 31 prajuritnya tewas dan sekitar 200 lainnya cedera ketika Azerbaijan menyerang.
Baca Juga: Armenia: Turki kirim 4.000 pejuang dari Suriah Utara bantu Azerbaijan
Nagorno-Karabakh juga mengatakan telah merebut beberapa wilayah yang sempat jatuh ke tangan musuh pada hari Minggu. Akan tetapi, pemimpin wilayah tersebut kemudian mengatakan bahwa baik tentara Azeri maupun militer Armenia tidak merebut posisi taktis apa pun selama pertempuran pada hari Senin.
Dia mengatakan bahwa tentara Azeri telah memulai serangan besar-besaran ke Matagis dan Talish dan di sepanjang sungai Araks.
Sementara itu, masih mengutip Reuters, Kantor Kejaksaan Umum di Azerbaijan mengatakan dua warga sipil Azeri tewas pada hari Senin, menyusul tewasnya lima orang dan 30 lainnya luka-luka pada hari Minggu. Tidak ada informasi resmi tentang korban militer Azeri.
Azerbaijan mengumumkan mobilisasi militer parsial pada hari Senin setelah mengumumkan darurat militer pada hari Minggu. Armenia dan Nagorno-Karabakh mengumumkan darurat militer dan memobilisasi populasi pria mereka pada hari Minggu. Pria berusia lebih dari 18 tahun di Armenia dilarang meninggalkan negara itu.
Kecemasan akan perang
Vartanyan mengatakan penggunaan roket dan artileri membawa risiko korban sipil yang lebih tinggi yang dapat membuat eskalasi sulit dihentikan dengan cara diplomatik.
"Jika ada korban massal, akan sangat sulit untuk menahan pertempuran ini dan kami pasti akan melihat perang besar-besaran yang akan memiliki potensi intervensi Turki atau Rusia, atau keduanya," paparnya.
Baca Juga: Kian panas, pasukan Armenia dan Azerbaijan kembali saling tembak
Rusia menyerukan gencatan senjata segera, dan Turki mengatakan akan mendukung Azerbaijan.
Bentrokan pertama kali pecah pada akhir 1980-an antara mayoritas Kristen Armenia di Nagorno-Karabakh dan tetangga etnis Azeri mereka, saat pemerintahan Komunis Soviet dari Moskow mulai runtuh.
Perang habis-habisan di awal 1990-an menyebabkan ratusan ribu Azeri diusir karena wilayah itu, dengan dukungan kuat dari Armenia, melepaskan kendali dari Baku dan menjadi pemerintahan sendiri. Ratusan ribu lebih orang Armenia dan Azeri masing-masing mengungsi dari Azerbaijan dan Armenia.
Pertempuran baru ini telah menghidupkan kembali kekhawatiran atas stabilitas di Kaukasus Selatan, koridor jaringan pipa yang menyalurkan minyak dan gas ke pasar dunia.