Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China meluncurkan daftar baru pembebasan tarif untuk impor barang dari Amerika Serikat (AS), beberapa hari setelah dua negara ekonomi terbesar dunia itu mengumumkan kesepakatan perdagangan fase satu.
Pembebasan tarif yang akan berlaku efektif 26 Desember nanti membidik enam jenis barang, sebagian besar adalah produk kimia. Misalnya, white oil, high-density polyethylene, linear low-density polyethylene, polypropylene, dan food-grade petroleum wax.
Kementerian Keuangan China, Kamis (19/12), mengatakan, pembebasan tarif itu berlaku selama satu tahun dan berakhir pada 25 Desember 2020 mendatang, tanpa menyebutkan nilai barang impor AS yang dikecualikan dari bea masuk itu.
Baca Juga: Fitch: Masih ada hambatan besar bagi resolusi penuh perang dagang AS-China
"Tarif yang sudah terlanjur dikenakan pada produk AS tidak bisa dikembalikan," kata Kementerian Keuangan seperti dikutip Reuters.
Sebelumnya, China menghapuskan tarif impor untuk pengiriman kedelai dan babi dari AS pada 6 Desember lalu, sebelum kedua belah pihak mencapai kesepakatan perdagangan fase satu yang membatalkan tarif yang rencananya mulai berlaku pada 15 Desember.
Kementerian Keuangan China menambahkan, mereka akan terus mengkaji pembebasan tarif atas impor barang AS lainnya, dan merilis daftar pengecualian bea masuk gelombang kedua pada waktu yang tepat.
Sementara Kementerian Perdagangan China menyebutkan, Beijing dan Washington terus berkomunikasi erat guna merampungkan detail perjanjian perdagangan fase satu untuk kemudian menandatanganinya.
Baca Juga: Negosiator AS puji kesepakatan dagang, sementara China memilih berhati-hati
"Baik tim perdagangan China maupun AS melakukan komunikasi yang intens," kata Gao Feng, juru bicara Kementerian Perdagangan China, kepada wartawan, Kamis (19/12), yang menambahkan, tidak ada informasi spesifik tentang kesepakatan dagang untuk saat ini.
Sebelumnya, AS mengklaim, China setuju untuk meningkatkan pembelian produk dan layanan AS setidaknya US$ 200 miliar selama dua tahun ke depan. Tapi, Beijing sejauh ini belum mengkonfirmasi banyak versi Washington tersebut.