Sumber: Kyodo | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pencegahan nuklir kini menjadi perhatian serius Pemerintah Jepang setelah Rusia melontarkan ancaman untuk menggunakan senjata nuklir dalam operasi militernya di Ukraina.
Di saat yang sama, Jepang juga terus merasakan gangguan dari China yang semakin aktif secara militer di sekitar wilayahnya.
Di awal invasinya ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin langsung menempatkan pasukan nuklirnya dalam posisi siaga tinggi. Kondisi ini praktis mempersulit Amerika Serikat dan anggota lain dari NATO untuk campur tangan secara paksa dalam perang.
Sebagai satu-satunya negara yang pernah mengalami kengerian senjata nuklir, Jepang selalu menjadi yang terdepan dalam mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir. Para penyintas bom atom 1945 pun secara aktif menyuarakan kampanye anti-senjata nuklir.
Baca Juga: Korut Siapkan Tugas Baru untuk Tentara Garis Depan, Diprediksi akan Optimalkan Nuklir
Jepang dan AS baru-baru ini menegaskan kembali pentingnya upaya pencegahan dari penggunaan senjata nuklir. Namun, AS berkomitmen untuk menggunakan berbagai kemampuan senjata, termasuk nuklir, untuk menjamin keamanan Jepang.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pun ada di jalan yang sama soal upaya pencegahan tersebut. Dilansir dari Kyodo, Kishida berjanji untuk memperkuat secara mendasar kemampuan pertahanan dalam lima tahun ke depan.
Salah satu upaya nyatanya adalah dengan meningkatkan anggaran pertahanan secara substansial.
Fokus baru pertahanan Jepang di bawah Kishida saat ini adalah pencegahan nuklir, meskipun ini berarti Jepang harus mengorbankan upayanya sendiri untuk mewujudkan pelucutan senjata nuklir.
Kebijakan keras Kishida ini sepertinya mulai berjalan secara perlahan. Salah satu buktinya, Jepang tidak mengirim delegasi ke pertemuan pihak-pihak yang meratifikasi Perjanjian PBB tentang Larangan Senjata Nuklir di Wina baru-baru ini.
Ketidakhadiran itu direspons Kishida dengan mengatakan, saat ini Jepang sedang fokus pada upaya pelucutan senjata nuklir dan non-proliferasi yang realistis, sambil mempertahankan hubungan kepercayaan dengan AS sebagai satu-satunya aliansi.
Baca Juga: Pejabat Tinggi Iran Mengakui Negaranya Mampu Membuat Bom Nuklir
Selama ini diasumsikan bahwa ketakutan akan bencana nuklir, seperti yang terjadi di Jepang, akan membuat dunia sepakat untuk menjauh dari produksi senjata nuklir. Namun, pencegahan nuklir kini justru dilakukan dengan membuat senjata nuklir itu sendiri.
Tahun lalu, peneliti dari Universitas Nagasaki memperkirakan, jumlah hulu ledak nuklir global mencapai 13.130. Jumlah hulu ledak dalam persediaan militer global naik menjadi 9.615 dari sebelumnya 9.346.
Rusia dan Amerika Serikat jadi pemilik terbanyak dengan sumbangan hingga 86%.
Dari sembilan negara bersenjata nuklir, Rusia memiliki jumlah hulu ledak terbanyak, mencapai 6.260. Diikuti oleh Amerika Serikat dengan 5.550 dan China sebanyak 350.
Akhir tahun lalu, Pentagon mengungkapkan, perkembangan senjata nuklir China saat ini lebih cepat dari perkiraan. China diprediksi akan memiliki hingga 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030.