Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Perdana Menteri India Narendra Modi kembali terpilih untuk periode ketiga setelah partai yang dipimpinnya, Bharatiya Janata Party (BJP), memenangkan pemilihan parlemen.
Namun, hasil perhitungan suara yang dirilis pada Selasa (4 Juni) menunjukkan BJP gagal meraih mayoritas kursi di Lok Sabha, majelis rendah parlemen India.
Partai beraliran Hindu nasionalis tersebut hanya menang di 240 daerah pemilihan (dapil), di bawah angka 272 kursi yang diperlukan untuk mengamankan mayoritas di parlemen.
Kabar baik bagi BJP adalah Modi dipastikan tetap menjadi pemimpin India setelah koalisi Aliansi Demokratik Nasional (NDA) yang menaungi BJP memenangkan 292 kursi.
Hasil ini merupakan kejutan besar setelah hanya beberapa hari sebelumnya exit poll memperkirakan BJP akan menang telak dengan mudah.
Baca Juga: Pasar Saham India Jatuh Karena Kemenangan Modi Tak Signifikan di Pemilu
Modi bahkan dengan ambisius menargetkan untuk menyapu bersih 400 kursi di Lok Sabha.
Perolehan kursi BJP turun 63 kursi dibanding pemilu sebelumnya pada tahun 2019.
Untuk pertama kalinya sejak berkuasa 10 tahun lalu, Modi harus membentuk pemerintahan koalisi untuk meloloskan legislasi.
Saham di bursa SENSEX anjlok akibat spekulasi bahwa kegagalan Modi memenangkan mayoritas akan menghambat kemampuan BJP untuk mendorong reformasi di India.
"India telah memberikan mandat kepada BJP dan sekutunya untuk ketiga kalinya secara berturut-turut," kata Modi dalam pidato kemenangannya di ibu kota New Delhi.
"Periode ketiga ini akan menjadi periode keputusan besar, dan negara ini akan menulis bab baru dalam pembangunan. Ini adalah jaminan dari Modi," tambahnya.
Kebangkitan Oposisi Partai Kongres
Partai Kongres, yang memerintah India selama 54 dari 74 tahun sejak kemerdekaan, menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah 10 tahun menjadi oposisi.
Partai yang dikendalikan oleh keluarga Gandhi ini berhasil mengantarkan koalisi oposisi INDIA memenangkan 234 kursi parlemen.
Koalisi yang terdiri dari 37 partai politik ini dibentuk tahun lalu untuk menandingi dominasi kekuasaan Modi.
Partai Kongres sendiri menggandakan jumlah kursi mereka dari 52 menjadi 99 kursi.
"Pemilih telah mengatakan kepada Narendra Modi 'Kami tidak menginginkanmu'," kata pemimpin Kongres, Rahul Gandhi, dalam pidatonya.
"Ini adalah kekalahan moral bagi BJP," ucap anggota parlemen Kongres, Rajeev Shukla, kepada wartawan.
Lawan-lawan Modi di koalisi INDIA bertarung melawan mesin kampanye BJP yang terorganisir dan didukung pendanaan yang kuat, serta apa yang mereka katakan sebagai kriminalisasi bermotif politik terhadap tokoh-tokoh oposisi.
Baca Juga: Ekonomi India Tumbuh 7,8% pada Kuartal I 2024, Lebih Tinggi dari Perkiraan
Lembaga think tank AS, Freedom House, mengatakan tahun ini BJP "semakin sering menggunakan institusi pemerintah untuk menghantam lawan-lawan politiknya."
Misalnya, penangkapan dan pemenjaraan salah satu politisi senior oposisi, Menteri Besar Delhi, Arvind Kejriwal.
Kejriwal ditahan pada bulan Maret atas tuduhan korupsi, tetapi kemudian dibebaskan dan diizinkan berkampanye.
Dia kembali ke tahanan setelah pemungutan suara berakhir.
Pemilihan India bisa dikatakan sangat luar biasa besar dengan logistik yang rumit di mana tercatat 642 juta pemilih memberikan suara mereka mulai dari kota-kota besar seperti New Delhi dan Mumbai hingga daerah hutan yang jarang penduduknya serta negara bagian di pegunungan Himalaya.
"Orang-orang harus tahu tentang kekuatan demokrasi India," kata ketua komisi pemilihan, Rajiv Kumar.
Pemilu India ini digelar selama 43 hari atau 1,5 bulan dalam 7 fase yang berbeda.