kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.473   -6,24   -0,08%
  • KOMPAS100 1.155   0,64   0,06%
  • LQ45 915   1,60   0,18%
  • ISSI 226   -0,60   -0,26%
  • IDX30 472   1,43   0,30%
  • IDXHIDIV20 570   2,50   0,44%
  • IDX80 132   0,24   0,18%
  • IDXV30 140   1,26   0,90%
  • IDXQ30 158   0,58   0,37%

Permintaan melambat, kinerja pabrik di Singapura susut


Rabu, 26 Juni 2019 / 17:08 WIB
Permintaan melambat, kinerja pabrik di Singapura susut


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA.  Tahun lalu, bos pabrik bahan kimia Singapura, Erman Tan memboyong karyawannya dalam pelayaran menuju Pulau Penang, Malaysia. Tahun ini, Tan sudah tak lagi optimistis lantaran menurutnya hal yang terbaik yang bisa ia tawarkan adalah menonton video perjalannya saja.

Hal ini merupakan imbas dari meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Ekonomi Singapura pun diperkirakan akan tumbuh pada laju yang paling lambat dalam satu dekade di tahun ini.

Beberapa analis juga memperkirakan terjadinya resesi pada tahun 2020, ketika perang dagang akan memukul lebih negara atau kota yang bergantung pada ekspor di wilayah Asia Tenggara.

Hal ini praktis membuat ekonom menaruh harapan pada bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter pada pertemuan di bulan Oktober 2019 mendatang. Terutama jika Federal Reserve AS memangkas suku bunga bulan depan.

Ada juga spekulasi yang mengatakan bahwa Pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendorong pertumbuhan, tetapi bisnis seperti milik Tan tidak bisa bergantung pada kebijakan fiskal atau moneter untuk menahan laju perlambatan. Hal ini dinilai oleh analis sebagai fakta tengah terjadinya perlambatan global.

"Sering kali Anda mengandalkan diri sendiri," kata Tan, Kepala Eksekutif Asia Polyurethane Manufacturing dalam atikel yang dimuat Reuters, Rabu (26/6).

Tan juga sudah memangkas biaya (harga) lantaran pelanggan asal China terus menahan pesanan. Dampaknya bisa dilihat dari menyusutnya pendapatan perusahaannya sebanyak 20% dari periode yang sama tahun lalu.

Meski begitu, beberapa sektor ekonomi seperti konstruksi, konsumsi swasta nyatanya berhasil bertahan. Didukung oleh meningkatnya upah menengah atas serta pembatasan pekerja asing dan proyek-proyek infrastruktur atau pembangunan jangka panjang.

Namun, ketergantungan Singapura akan produk ekspor yang jauh lebih tinggi dibanding negara tetangga seperti Malaysia dan Indonesia, akan sulit untuk mendorong konsumsi domestik.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, pihaknya tetap akan mendapat gangguan yang merupakan dampak dari perlambatan global. "Anda tidak bisa hanya menginjak gas dan mempercepat di tengah lingkungan eksternal yang kurang menguntungkan," kata Lee.

John Kong, Kepala Eksekutif Pemasok Bahan Bangunan dari M Metal mengatakan pihaknya pun harus melakukan langkah efisiensi besar-besaran. Sebab, tidak ada lagi investor yang ingin berinvestasi lantaran semuanya menantikan proses perang dagang.

Kong, yang memiliki 64 karyawan ini bahkan meminta para pekerjanya untuk mematikan Pendingin Udara dan menghentikan pencetakan berwarna. Demi menghemat biaya operasional semaksimal mungkin.

Data ekonomi Singapura memang terlihat suram akhir-akhir ini. Ekspor elektronik yang menjadi pendorong utama pertumbuhan Singapura selama dua tahun terakhir terpantau turun paling dalam sejak satu dekade terakhir. Utamanya disebabkan oleh penurunan industri semikonduktor di global.

Secara keseluruhan, ekspor Singapura di bulan Mei 2019 turun ke level paling rendah sejak tiga tahun terakhir, akibat pengiriman ke China yang merosot.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×