Sumber: Reuters | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Pemesanan baru sedan listrik SU7 Xiaomi di Tiongkok merosot hingga 55% secara bulanan pada pada April 2025. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya reaksi negatif dari konsumen yang telah melakukan pembelian.
Analis Deutsche Bank mengatakan tren penurunan permintaan tersebut masih berlanjut di bulan Mei. Dalam dua minggu pertama bulan ini SU7 hanya membukukan 13.500 pesanan. Jumlah tersevbut jauh dari capaian tertingginya pada minggu kedua Maret dengan 23.000 pesanan.
Padahal mobil sport yang diluncurkan Maret 2024 ini sempat menjadi hit di China. Bahkan pada Desember lalu, penjualannya telah menyalip Tesla Model 3.
Baca Juga: Xiaomi Resmi Luncurkan Mobil SUV Listrik Canggih dengan Jarak Tempuh hingga 835 Km!
Namun yang terjadi sekarang, Xiaomi sekarang menghadapi gelombang kecemasan konsumen yang dimulai bulan lalu setelah kecelakaan fatal yang melibatkan SU7. Kecelakaan yang masih dalam proses penyelidikan itu telah mendorong diskusi publik yang luas tentang keamanan jenis-jenis fitur-fitur mengemudi cerdas yang ditawarkan oleh Xiaomi. Ditambah lagi regulator Tiongkok juga semakin memperketat pengawasan peraturan tentang pemasaran dan promosi fitur tersebut.
Xiaomi sendiri sebenarnya telah meminta maaf atas apa yang disebutnya sebagai komunikasi yang tidak jelas menyusul masuknya berbagai keluhan dari pelanggan.
Pemilik SU7 mengatakan perusahaan telah salah mengiklankan desain kap serat karbon ventilasi ganda yang ditawarkannya dengan harga biaya tambahan sebesar 42.000 yuan (US$ 5.826) untuk SU7 Ultra. Kini, hampir 400 pemilik SU7 Ultra telah meminta pengembalian uang setelah menemukan tudung tidak memiliki saluran udara di dalamnya.
"Krisis ini tidak hanya mengekspos krisis kredibilitas Xiaomi SU7, tetapi juga distorsi beberapa nilai dalam industri dalam industri kendaraan energi baru saat ini," ujar CEO Xiaomi Lei Jun kepada dari The Paper pada Selasa (13/5).
Baca Juga: Laris Manis, Mobil Listrik Xiaomi Terjual 28.000 Unit pada April 2025
Tak hanya protes terhadap produk, beberapa pembeli juga mengaku kebingungan dengan perkiraan waktu pengiriman SU7 yang disampaikan Xiaomi. Pembeli sering menemukan perkiraan itu terlalu lama dan mereka menerimanya jauh hari setelahnya.
Hal itu membuat beberapa analis mempertanyakan apakah Xiaomi berusaha menciptakan rasa kelangkaan yang artifisial sebagai taktik pemasaran. Salah satu pembeli yang enggan disebutkan namnya berharap Xiaomi bisa lebih transparan dengan taktik pemasaran yang sangat sukses untuk menjual produk elektronik seperti smartphone.
"Tetapi tidak seperti produk konsumen digital, mobil melibatkan proses pengambilan keputusan pembelian yang lebih lama dan mobil melibatkan proses pengambilan keputusan pembelian yang lebih lama dan investasi yang lebih besar oleh konsumen, yang akan memiliki persyaratan yang lebih tinggi kemampuan merek dalam memenuhi janji dan kredibilitas jangka panjangnya," katanya. jangka panjangnya," katanya.