kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persaingan Energi Hidrogen Dimulai, AS dan Eropa Berupaya Kejar China


Selasa, 10 Januari 2023 / 16:31 WIB
Persaingan Energi Hidrogen Dimulai, AS dan Eropa Berupaya Kejar China
ILUSTRASI. Hidrogen menjadi salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan yang dinilai menjadi sumber energi masa depan.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Seluruh dunia saat ini tengah berlomba untuk mengurangi emisi karbon dengan mulai beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan. Hidrogen menjadi salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan yang dinilai menjadi sumber energi masa depan.

Pemanfaatan hidrogen diharapkan sebagai salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global.

Persaingan dalam pengembangan energi hidrogen sudah dimulai. Sejauh ini, pengembangan hidrogen secara global masih didominasi China. Amerika Serikat (AS) dan negara Eropa tengah berusaha mengejar ketertinggalan dan tak ingin China mengendalikan industri baru tersebut.

Negara-negara barat tampaknya sudah belajar dari masa lalu. Satu dekade lalu, China berhasil mendominasi pengembangan manufaktur energi surya dengan menerapkan harga murah. Mereka berhasil mengalahkan para pesaingnya ketika permintaan panel surya meningkat di seluruh dunia.

Baca Juga: Kadin Sebut Sudah Ada 57 Perusahaan yang Tergabung dalam Kadin Net Zero Hub

Perusahaan di seluruh dunia telah meningkatkan produksi elektroliser, pabrik hidrogen hijau sedang dibangun, dan industri ini akhirnya telah  melakukan lompatan dari proyek percontohan ke skala industri.

Bloomberg NEF (BENF), kelompok riset energi bersih, memperkirakan produksi elektoliser di seluruh dunia perlu tumbuh 91 kali lipat pada tahun 2030 untuk memenuhi permintaan.

Menurut BNEF, lebih dari 40% elektroliser global saat ini berasal dari China. Walau tidak seefisien bikinan AS dan Eropa, namun harga elektroliser China jauh lebih murah, hanya sekitar seperempat dari harga produk barat.

Perusahaan produsen elektroliser China sebagian besar masih melayani pasar domestik. Tetapi saat ini sudah mulai memperluas penjualan ekspor.

Xiaoting Wang, Analis Hindrogen BNEF, mengatakan banyak penjabat pemerintah negara barat melontarkan bahwa pengalaman pada pengembangan energi surya tidak bisa dibiarkan terulang pada pengembangan hidrogen.

Presiden Joe Biden yang menjabat sebagai wakil presiden AS ketika China memimpin industri panel surya, memandang bahwa China kini sebagai pesaing, bukan hanya sekedar pemasok. Ia ingin AS menjadi pemimpin dalam manufaktur teknologi bersih dan tak akan membiarkan China mengendalikan lendakan energi baru tersebut.

AS menganggarkan dana besar untuk mendorong produksi hidrogen dalam negeri. "AS akan memberikan susidi yang sangat besar untuk memastikan pemasok lokal bisa bertahan," kata Wang seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/1).

Sementara ambisi Eropa meningkat terhadap industri  yang baru lahir tersebut akibat invansi Rusia ke Ukraina. Faktor geopolitik itu telah meningkatkan nilai bahan bakar yang bisa diproduksi di Eropa.

Namun, para pendukung industri hidrogen mengatakan bahwa Uni Eropa belum menindaklanjuti dukungannya. Eropa menargetkan produksi hidrogen ramah lingkungan 10 juta ton per tahun pada 2030, tetapi belum memutuskan metode mana yang memenuhi syarat hijau. Itu membuat perusahaan energi sulit berkomitmen pada proyek produksi hidrogen besar yang akan mendorong pesana alat elektroliser

"Saya khawatir pangsa pasar dalam bisnis pengelektrolisis akan diambil dari Eropa dan dikirim ke geografi lain. Uni Eropa menembak kepala mereka sendiri, bukan di kaki.” kata Jorgo Chatzimarkakis, kepala eksekutif kelompok lobi Hidrogen Eropa yang berbasis di Brussel.

Sementara itu, banyak analis memperkirakan efisiensi elektroliser China akan meningkat, mengikis keunggulan teknologi apa pun yang dimiliki perusahaan AS dan Eropa sekarang.“Saya tidak ragu bahwa China sedang mengerjakan elektroliser yang lebih baik," kata Bridget van Dorsten, analis hidrogen senior di perusahaan riset dan konsultan Wood Mackenzie.

Produsen peralatan kimia di China telah membuat elektroliser selama bertahun-tahun, memasang sistem elektrolisis air skala besar untuk berbagai industri manufaktur seperti produksi polisilikon untuk sel surya.

Elektroliser menggunakan listrik untuk memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen, dan versinya telah ada di pasaran sejak tahun 1920-an. Banyak negara sekarang melihat hidrogen sebagai taruhan terbaik untuk industri dekarbonisasi yang tidak dapat dengan mudah dijalankan dengan listrik.

Jika tenaga elektroliser berasal dari fasilitas surya atau angin, atau reaktor nuklir, proses produksi hidrogen juga bebas karbon.

Baca Juga: Dampak Pelonggaran Impor Batubara Australia di China Terhadap Emiten Batubara RI




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×