kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perselisihan bahasa membara, warga Mongolia protes kunjungan Menlu China


Rabu, 16 September 2020 / 17:07 WIB
Perselisihan bahasa membara, warga Mongolia protes kunjungan Menlu China
ILUSTRASI. Anggota Dewan Negara Tiongkok dan Menteri Luar Negeri Wang Yi berbicara kepada wartawan melalui tautan video pada konferensi pers yang diadakan di sela-sela Kongres Rakyat Nasional (NPC), dari Aula Besar Rakyat di Beijing, Tiongkok 24 Mei 2020.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  ULAANBAATAR. Demonstran berunjuk rasa di ibu kota Mongolia, Ulaanbaatar pada hari Selasa (16/9) memprotes kunjungan Menteri Luar Negeri China, Anggota Dewan Negara China, Wang Yi, di tengah tuduhan bahwa Beijing menekan bahasa dan budaya asli di wilayah etnis Mongolia di China.

Sekitar 100 pengunjuk rasa yang sebagian besar damai berkumpul di Lapangan Sukhbaatar di depan Istana Pemerintah Mongolia dan meneriakkan "mari lindungi bahasa ibu kita" dan "Wang Yi pergi".

Mengutip Reuters, mereka menanggapi kebijakan yang memaksa sekolah dasar dan menengah di wilayah Mongolia dalam China untuk mematuhi kurikulum nasional dalam bahasa, politik, dan sejarah China.

China mengatakan kebijakan itu dirancang untuk mempromosikan persatuan nasional dan bersikeras masih akan ada ruang untuk pengajaran bahasa Mongolia di mata pelajaran dan kelas lain.

Baca Juga: China siaga! Muncul lagi wabah bubonic plague alias Kematian Hitam di Mongolia

Namun, kebijakan tersebut diboikot sejumlah sekolah dan menimbulkan tuduhan dari kelompok hak asasi manusia bahwa Beijing berusaha menghancurkan budaya Mongolia.

Pada hari Senin, Pusat Informasi Hak Asasi Manusia Mongolia Selatan yang berbasis di AS menuduh pihak berwenang China mengubah wilayah tersebut menjadi "negara polisi".

Dikatakan 4.000-5.000 orang telah ditahan polisi selama tiga minggu protes, sementara setidaknya sembilan orang tewas.

Pemerintah Mongolia belum mengomentari masalah ini. "Pemimpin kami perlu angkat bicara," kata seorang pengunjuk rasa, dukun bernama Khaliun Sukhbaatar, kepada Reuters.

"Jika pemerintah kita bungkam atas nama hubungan internasional dan stabilitas ekonomi, satu per satu orang Mongolia akan ditekan dan Mongolia akan lenyap."

Baca Juga: Sama-sama latihan perang di Laut China Selatan, China siap ladeni ancaman Amerika

Ekonomi Mongolia sangat bergantung pada China, dan Beijing diharapkan memberi negara itu hibah 700 juta yuan (US$ 103,15 juta) selama kunjungan dua hari Wang

Dalam wawancara dengan Daily National Newspaper yang berbasis di Ulaanbaatar pada hari Senin, duta besar China untuk Mongolia Chai Wenrui mengatakan "rumor palsu" tentang kebijakan tersebut memicu konflik.

Dia juga mengatakan permintaan China untuk batu bara Mongolia - penghasil ekspor terbesarnya - menyusut. Meskipun pengiriman terus berlanjut, mereka menumpuk karena tidak ada pasar untuk mereka.

"Terus terang, kami bekerja untuk kepentingan Anda," katanya seperti dikutip.

Selanjutnya: Alasan China gencar lakukan latihan militer di perbatasan dengan Taiwan


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×