kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.196   54,93   0,77%
  • KOMPAS100 1.105   9,88   0,90%
  • LQ45 877   10,49   1,21%
  • ISSI 221   0,86   0,39%
  • IDX30 448   5,71   1,29%
  • IDXHIDIV20 539   5,02   0,94%
  • IDX80 127   1,32   1,05%
  • IDXV30 134   0,42   0,31%
  • IDXQ30 149   1,50   1,02%

Pertama Kalinya Sejak 1961, Populasi China Menyusut


Selasa, 17 Januari 2023 / 12:10 WIB
Pertama Kalinya Sejak 1961, Populasi China Menyusut
ILUSTRASI. Warga berbaris untuk mengikuti tes asam nukleat di tempat pengujian sementara menyusul wabah penyakit virus corona (COVID-19) di Beijing, China, Kamis (7/4/2022). REUTERS/Tingshu Wang


Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Populasi China pada tahun lalu turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade terakhir. Hal ini menjadi perubahan bersejarah yang diperkirakan akan menandai dimulainya periode panjang penurunan jumlah penduduk China yang akan berpengaruh bagi perekonominya.

Dilansir dari Reuters, Selasa (17/1), penurunan tersebut merupakan yang terburuk sejak krisis hebat China tahun 1961. Penurunan ini juga memperkuat prediksi bahwa India akan menjadi negara terpadat di dunia tahun ini.

“Populasi China turun sekitar 850.000 menjadi 1,41175 miliar pada akhir 2022,” kata Biro Statistik Nasional negara itu.

Tingkat kelahiran tahun lalu adalah 6,77 kelahiran per 1.000 orang, turun dari 7,52 kelahiran pada tahun 2021 dan menandai tingkat kelahiran terendah dalam catatan.

China juga mencatat terdapat 7,37 kematian per 1.000 orang dibandingkan dengan tingkat 7,18 kematian pada tahun 2021. Catatatan ini merupakan tingkat kematian tertinggi sejak 1974,

Dalam jangka panjang, para pakar PBB melihat populasi China akan menyusut hingga 109 juta pada tahun 2050, tiga kali lipat lebih banyak jumlah penurunan dari perkiraan mereka sebelumnya pada tahun 2019.

Baca Juga: WHO Mendesak China untuk Merilis Lebih Banyak Data Covid-19 Domestik

Hal itu menyebabkan ahli demografi domestik meratapi bahwa China akan “menjadi tua sebelum menjadi kaya”, perekonomian melambat karena pendapatan turun dan utang pemerintah meningkat untuk menjaga populasi yang menua dengan cepat.

Sebagian besar penurunan demografi merupakan hasil dari kebijakan satu anak China yang diberlakukan antara tahun 1980 dan 2015 serta biaya pendidikan yang sangat tinggi yang membuat banyak orang China tidak memiliki lebih dari satu anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali.

Menurut pakar populasi, kebijakan nol-COVID China diterapkan dengan ketat selama tiga tahun terakhir telah menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada prospek demografis negara yang suram.

Meskipun sejak 2021 pemerintah daerah telah meluncurkan langkah-langkah untuk mendorong masyarakat memiliki lebih banyak bayi, seperti pengurangan pajak, cuti hamil yang lebih lama, dan subsidi perumahan. Akan tetapi, langkah-langkah tersebut diperkirakan tidak akan menghentikan tren penurunan angka kelahiran tersebut.

Pencarian online untuk kereta bayi di mesin pencari Baidu China turun 17% pada tahun 2022 dan turun 41% sejak 2018. Sementara pencarian untuk botol bayi turun lebih dari sepertiga sejak 2018. Sebaliknya, pencarian panti jompo melonjak delapan kali lipat di tahun lalu.

Baca Juga: Wajib Ada, Ini Daftar 5 Makanan Khas Imlek yang Harus Disiapkan Saat Tahun Baru China

Kebalikannya terjadi di India, di mana Google Trends menunjukan hasil pencarian botol susu di 2022 ini meningkat sebesar 15% dari tahun ke tahun. Sementara penelusuran untuk tempat tidur bayi naik hampir lima kali lipat.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×