Reporter: Femi Adi Soempeno |
TOKYO. Mandeknya operasional pabrik domestik Toyota Motor Corp. selama 11 hari ini hingga dua bulan ke depan kemungkinan menjadi sebuah pertanda bakal dilakukannya penutupan pabrik untuk mengurangi kapasitas yang berlebihan.
Diperkirakan permintaan kendaraan di Jepang tahun ini akan berada di titik terendah sepanjang 31 tahun. Apalagi, menguatnya yen terhadap dolar AS sejak tahun lalu semakin menggerus ekspor. Itu sebabnya, menurut Credit Suisse Group AA, Toyota kemungkinan akan menutup pabriknya di negara asalnya.
"Penyusutan kapasitas Toyota di negara asalnya tak bisa dihindarkan, termasuk untuk menutup pabriknya," kata Koji Endo, analis Credit Suisse yang memberi rating Toyota "underperform". Menurutnya, di tahun fiskal yang baru, Toyota harus mulai menciutkan kapasitasnya.
Toyota sendiri menghitung inilah untuk pertama kalinya ia merugi sepanjang 71 tahun seiring dengan penjualan di Jepang, As dan Eropa yang melemah. President Katsuaki Watanabe telah mengurangi 3.000 karyawan tidak tetap dan melakukan konsesi dengan buruhnya lantaran perusahaan telah mengikis produksinya. Perusahaan ini akan mencoba untuk menghindari pemecatan karyawan tetap.
"Kita tidak pernah mengalami penurunan yang begitu cepat, lebar dan dalam!" kata Watanabe. Ia menambahkan, "Kita perlu kembali ke garis awal untuk mulai berpikir kembali apa yang sebaiknya kita lakukan."
Untuk catatan, menurut Credit Suisse, kapasitas produksi tahunan Toyoa sebesar 4 juta unit. Ekspor telah mendukung produksi domestik seiring dengan pasar roda empat lokal justru terkikis dari 7,78 juta unit dari titik tertingginya di tahun 1990 menjadi 5,08 juta unit. Tahun ini, penjualan kemungkinan akan menurun menjadi 4,86 juta unit, paling mini sejak 1978.
Operasional pabrik di Jepang menjadi tidak menguntungkan setelah yen semakin menguat 24% terhadap dolar AS tahun lalu. Dampak dari menguatnya yen ini akan membuat pabrikan ini semakin tidak berkutik di tahun fiskal mendatang. Pasalnya, setiap penguatan 1 yen terhadap dolar AS untuk Toyota akan memangkas laba operasional tahunan sebesar 40 miliar yen. Sedangkan untuk Honda Motor Co., penguatan 1 yen terhadap dolar AS akan memapras laba operasional tahunan sebesar 18 miliar yen.