Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Perusahaan-perusahaan di Jepang berlomba-lomba menjual obligasi dollar AS. Nilai penerbitan obligasi dollar AS yang dirilis oleh perusahaan Jepang berada di level tertinggi di antara negara-negara ekonomi lain. Peningkatan penerbitan obligasi ini lantaran ada kebijakan moneter yang berbeda antara Amerika Serikat dan Jepang.
Beberapa perusahaan Jepang yang tengah menjual obligasi dollar AS adalah Kyushu Electric Power Co. Perusahaan ini menerbitkan obligasi dollar AS senilai US$ 500 juta. Sebelumnya ada Meiji Yasuda Life Insurance Co. dan Marubeni Corp yang pada September telah merilis obligasi dollar AS.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, penerbitan utang dengan mata uang AS oleh perusahaan-perusahaan Jepang telah melonjak 60% di tahun fiskal yang dimulai pada bulan April ke level tertinggi dalam tiga tahun yakni sebesar US$ 32,6 miliar. Itu adalah laju peningkatan yang lebih cepat daripada negara-negara penerbit utama lainnya termasuk Jerman, Inggris, dan Kanada.
Baca Juga: Bom Era Perang Dunia Meledak di Bandara Jepang, Sebanyak 87 Penerbangan Dibatalkan
Lonjakan penjualan ini menyoroti perubahan kebijakan yang dihadapi penerbit dan investor saat Federal Reserve AS memulai siklus pelonggaran moneter. Langkah ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Bank of Japan yang bergerak ke arah yang berlawanan yakni berencana melakukan pengetatan moneter.
Investor obligasi dollar pun nyatanya cukup besar. Pemodal ingin mendapatkan kesempatan untuk mendiversifikasi kepemilikan mereka dengan membeli utang perusahaan-perusahaan Jepang berkualitas baik yang jarang menerbitkan. Kyushu Electric misalnya baru pertama kali menerbitkan obligasi dollar dalam 27 tahun.
Bagi peminjam, ini berarti mereka dapat mengumpulkan dana dolar dengan biaya yang lebih rendah dan jika yen menguat mereka akan membutuhkan lebih sedikit dana mata uang Jepang untuk membayar utang dolar.
"Ketika suku bunga rendah atau stabil, lingkungan akan memudahkan perusahaan yang menjual obligasi dolar untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama untuk melakukannya," kata Shunsuke Oshida, kepala penelitian kredit di Manulife Investment Management Japan.
Pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh The Fed telah berkontribusi terhadap kontraksi dalam spread kredit korporasi. Ini menjadi perkembangan yang menarik bagi penerbit di seluruh dunia. Kondisi ini membuat pasar Asia mengalami bulan tersibuk kedua tahun ini .
Mengutip Bloomberg, ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed telah mengurangi biaya pinjaman obligasi dolar, dengan premi imbal hasil turun menjadi 89 basis poin atau menjadi level terendah sejak pertengahan Juni.
Baca Juga: Israel Perkuat Kehadiran Militer di Lebanon Pasca Serangan Iran
Bagi perusahaan Jepang, mengumpulkan dana dalam dolar menjadi hal yang penting apalagi jika mereka ingin berekspansi ke luar negeri di saat populasi dalam negeri tengah menyusut. Permintaan domestik Jepang memang tengah terbilang terbatas. Akibatnya bank-bank terbesar di Jepang, misalnya, telah mencoba memperluas operasi mereka di AS, dengan fokus pada berbagai bidang termasuk pinjaman sindikasi dan pasar modal.
"Jika perusahaan-perusahaan Jepang tidak berinvestasi di luar negeri mereka tidak akan mampu bertahan hidup di Jepang saja mengingat populasi yang menurun dan menua", kata Oshida dari Manulife.