Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ia baru berusia 13 tahun ketika bom atom seberat 10.000 pon “Fat Man” dijatuhkan di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945, mendarat sekitar 3,2 km dari rumah keluarganya.
Bagian dari pekerjaan Nihon Hidankyo adalah merekam kesaksian dari para penyintas dua serangan nuklir di Jepang, dan ia mengatakan ingatannya tentang apa yang terjadi hari itu akan selamanya terpatri di otaknya.
“Saya sedang berbaring membaca buku dan kemudian tiba-tiba ada cahaya di mana-mana. Semuanya benar-benar putih di sekitar saya, dan saya mendengar suara yang sangat keras ini. Itu tidak seperti yang pernah saya alami dalam hidup saya, tetapi tentu saja, saya dapat merasakan bahwa sesuatu yang sangat berbahaya sedang terjadi," ceritanya.
Dia menambahkan, “Saya berlari ke bawah dan berjongkok dan menutup telinga saya seperti yang telah kami latih. Pada saat itu, kekuatan dari ledakan itu datang. Saya tidak ingat mendengarnya karena tampaknya, saya pingsan. Saya tidak ingat apa pun setelah itu."
Tanaka selamat karena dua pintu kaca geser jatuh di atasnya dan tetap utuh.
“Ini benar-benar aneh, kacanya tidak pecah. Di rumah-rumah lain, tidak ada kaca yang tersisa. Setelah itu, kami menyadari bahwa sungguh sebuah keajaiban bahwa pintu kaca ini tidak pecah dan jatuh menimpa saya serta melindungi saya. Itulah satu-satunya alasan saya masih di sini hari ini,” jelasnya.
Tonton: Vladimir Putin Beri Sinyal Kesiapan untuk Perang Nuklir!
Seperti kebanyakan korban selamat yang diwakili oleh Nihon Hidankyo, yang dikenal sebagai hibakusha, Tanaka kehilangan banyak orang yang dicintainya pada hari pengeboman.
Tanaka mengatakan bahwa ia pergi ke ground zero dan berjalan di sekitar kota selama berhari-hari untuk mencari lima orang kerabatnya.
“Tiga hari kemudian, Anda masih dapat melihat ratusan mayat di mana-mana, dan yang terluka hanya berjongkok dalam bayang-bayang tanpa mendapatkan perawatan atau perhatian sama sekali. Ini bukanlah situasi yang seharusnya dialami oleh umat manusia. Ini bukanlah hal yang seharusnya dilakukan manusia terhadap satu sama lain,” paparnya.