Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Saham AirAsia Bhd menuju penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir pada hari ini (29/12). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pagi tadi, saham AirAsia menukik 13% menjadi 2,56 ringgit. Pada pukul 09.38 waktu Kuala Lumpur, saham maskapai penerbangan murah ini tercatat turun 8,2%.
Penurunan saham AirAsia terjadi setelah pesawat milik maskapai tersebut hilang setelah lepas landas dari Surabaya menuju Singapura Minggu pagi kemarin.
"Insiden AirAsia sangat mencemaskan. Sentimen investor atas maskapai penerbangan Malaysia ini disebabkan oleh insiden hilangnya pesawat tersebut," jelas Alan Richardson, investment manager Samsung Asset Management Co di Hong Kong.
Sementara itu, Hong Leong Investment Bank Bhd menurunkan rekomendasi saham AirAsia dari buy menjadi trading sell.
Berdasarkan data AviationSafetyNetworks, AirAsia belum pernah mengalami kecelakaan pesawat fatal selama sejarah berdirinya maskapai tersebut. Maskapai ini juga merupakan satu-satunya maskapai Indonesia yang diperbolehkan terbang ke negara-negara Uni Eropa. Lebih dari 60 maskapai terkena larangan oleh Uni Eropa karena alasan keselamatan.
Sekadar menyegarkan ingatan, pesawat AirAsia QZ8501 dinyatakan hilang pada Minggu (28/12) pagi kemarin. Di dalam pesawat terdapat 155 penumpang, di mana sebanyak 137 adalah orang dewasa, 17 anak-anak dan 1 bayi. Kemudian, terdapat 2 pilot, 4 awak kabin dan 1 teknisi.
Saat ini, tim operasi SAR telah dilaksanakan di bawah panduan Badan SAR Nasional (Basarnas), Kementerian Perhubungan.