Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
Pakar keamanan siber mengatakan bahwa penyebaran virus tebusan itu nampak melambat sejak pertama kali mewabah pada Jumat lalu. Namun mereka mengingatkan adanya potensi serangan lebih lanjut.
Pelaku diduga tengah mengembangkan versi baru dari yang mengeksploitasi kelemahan sama pada versi perangkat lunak Windows yang sudah tidak mendapatkan layanan keamanan resmi dari Microsoft.
Di Hongkong, Gazeley mengaku telah menemukan versi baru virus sama yang tidak menggunakan surat elektronik untuk menarik para korban.
Dalam versi baru itu, para pelaku meretas sejumlah situs dan mengganti tautan yang ada dengan virus yang sama. Gazeley mengaku belum bisa menyimpulkan berapa banyak situs yang terinfeksi.
Gazeley menambahkan bahwa sejumlah perusahaan besar sebenarnya terkena serangan WannaCry, namun mereka tidak ingin mengakuinya di depan umum.
Presiden Microsoft Brad Smith sudah mengakui bahwa virus WannaCry menggunakan alat peretas yang dikembangkan oleh Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat yang bocor ke publik pada April lalu.
Lembaga penelitian nirlaba Amerika Serikat, Cyber Consequences, memperkirakan kerugian akibat serangan tersebut mencapai ratusan juta dolar, namun tidak akan melampaui satu milyar dolar AS, demikian Reuters