kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pimpinan Silicon Valley ramai-ramai melawan Trump


Senin, 30 Januari 2017 / 17:06 WIB
Pimpinan Silicon Valley ramai-ramai melawan Trump


Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SAN FRANCISCO. Setelah menentang kebijakan Presiden AS Donald Trump serta menyatakan akan melindungi karyawan masing-masing, perusahaan teknologi AS meningkatkan dukungan mereka terhadap mereka yang terkena dampak perintah eksekutif pelarangan masuk AS terhadan non-warga negara dari tujuh negara yang mayoritas beragama Muslim.

Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa, startup dan perusahaan lainnya, mengumumkan dukungannya kepada Persatuan Kemerdekaan Sipil Amerika (ACLU). Sebelumnya, ACLU sudah mengajukan gugatan hukum untuk pencabutan perintah eksekutif tersebut. Bahkan, mereka juga ikut bergabung aksi demonstrasi di San Francisco dan New York.

Imigran merupakan bagian tak terpisah dari berlangsungnya kehidupan industri teknologi di AS. Mereka bahkan turut andil dalam mendirikan sejumlah perusahaan tersukses Sillicon Valley termasuk Google, Facebook, eBay, dan Yahoo. Bahkan jumlah imigran yang bekerja di Sillicon Valley memiliki porsi yang signifikan.

Berdasarkan data National Foundation for American Policy, imigran lah yang banyak merintis lebih dari separuh perusahaan startup di AS yang nilainya melampaui US$ 1 miliar.

Co-founder Google dan presiden Alphabet Sergey Brin, merupakan imigran dari Uni Soviet ke AS. Brin ikut ambil bagian dalam aksi demonstrasi di Bandara Internasional San Francisco pada Sabtu malam, untuk menunjukkan dukungannya kepada para pengungsi dna imigran.

Sementara itu, Lyft co-founders John Zimmer dan Logan Green menyatakan akan mendonasikan dana US$ 1 juta kepada ACLU dalam empat tahun ke depan. "Dana ini akan dimanfaatkan untuk mempertahankan konstitusi kita," jelas mereka dalam blog.

Tak hanya itu, general manager Lyft yang berbasis di New York Vipul Patel, ikut serta dalam aksi demonstrasi di bandara internasional John F Kennedy pada Sabtu malam.

"Kebebasan sipil adalah di atas segala-galanya," tulis Patel melalui akun twitternya.

Patel merupakan mantan pengacara dan merupakan imigran generasi pertama dan jarang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa publik. Namun, sejak Trump menjabat sebagai presiden, dia ikut aksi unjuk rasa Perempuan di DC pada pekan lalu. Ini merupakan aksi pertamanya dalam satu dekade terakhir. Dia juga ikut aksi protes di Manhattan pada Minggu kemarin. Menurutnya, isu imigran ini sangat penting baginya baik secara pribadi maupun profesional.

Stewart Butterfield, CEO workplace app Slack, dan investor Chris Sacca dari Lowercase Capital, juga menjadi bagian dari pimpinan perusahaan teknologi yang memberikan donasi kepada ACLU.

Sedangkan CEO Airbnb Brian Chesky mengarakan, perusahaannya akan menyumbangkan dananya untuk membantu menyediakan rumah bagi pengungsi dan siapa saja yang dilarang masuk ke AS.

"Tidak memperbolehkan sejumlah negara atau pengungsi ke dalam Amerika bukanlah hal yang benar. Kita harus berada di samping mereka yang terkena dampaknya," tulis Chesky di Facebook.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×