kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.829   1,00   0,01%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

PM China: Sangat sulit bagi perekonomian Tiongkok tumbuh 6%


Senin, 16 September 2019 / 08:33 WIB
PM China: Sangat sulit bagi perekonomian Tiongkok tumbuh 6%
ILUSTRASI. Industri manufaktur China


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang mengatakan, akan sangat sulit bagi perekonomian China untuk tumbuh 6% atau lebih pada tahun ini.

Dalam sebuah wawancara dengan media Rusia yang dipublikasikan di situs Pemerintah China, gov.cn, Li menyatakan, negaranya menghadapi tekanan ke bawah karena pertumbuhan ekonomi global yang melambat serta proteksionisme dan unilateralisme yang meningkat. 

Sejatinya, produk domestik bruto Cina (PDB) China tumbuh 6,3% di paruh pertama tahun ini, dan Li bilang, ekonomi negerinya secara umum stabil dalam delapan bulan pertama 2019.

Baca Juga: Perang dagang kian reda, China bebaskan produk pertanian AS dari tarif tambahan

"Bagi China, untuk mempertahankan pertumbuhan 6% atau lebih sangat sulit dibandingkan dengan latar belakang situasi internasional yang rumit saat ini dan basis yang relatif tinggi, dan tingkat ini berada di garis depan ekonomi terkemuka dunia," kata Li seperti dikutip Reuters.

Sebelumnya, pada Maret 2019 lalu, China merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 6,5% yang mereka patok di akhir 2018 menjadi 6%-6,5%. Perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) jadi salah satu sebab Tiongkok mengubah target tersebut.

Untuk mencapai target itu, China akan menerapkan kebijakan fiskal yang proaktif dan moneter yang prudent. Anggaran belanja negeri tembok raksasa tahun ini melonjak 6,5% menjadi 23 triliun yuan atau US$ 3,5 miliar.



TERBARU

[X]
×