kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pohon akasia dan semut berkawan erat, ini asal muasalnya


Minggu, 18 Agustus 2019 / 06:05 WIB
 Pohon akasia dan semut berkawan erat, ini asal muasalnya


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - Para peneliti melakukan observasi dan melakukan penlitian untuk mencari sumber hubungan mutualisme akasia dengan semut. Mereka melakukan penelitian dengan menanam bibit akasia di dalam laboraturium.  

Pada tahun 1960, Dan Janzen, ahli biologi Universitas Pennsylvania telah menjelaskan hubungan mutualisme antara pohon akasia dengan semut.

Akasia memproduksi struktur khusus yang berfungsi untuk pertahanan diri sekaligus pakan semut. Sebagai gantinya, semut melindungi tanaman dari ancaman para herbivora.

Baca Juga: Membentuk untung dari kerajinan tas kayu

Penelitian baru yang tercatat dalam laporan National Academy of Sciences, rekan kerja Janzen di Penn membongkar instrumen genetika yang memprogram hubungan akasia dengan semut.

Ahli Biologi Tanaman asal Penn, Scott Poething bersama Aaron Leichty dan Davis, Peneliti dari Universitas California menunjukkan bagian dari fenomena age-dependent dalam perkembangan tanaman.

Akasia mengembangkan struktur yang dibutuhkan tanaman untuk memberi makan koloni semut. Struktur yang dimaksud adalah lubang dan ranting yang menjadi rumah semut. Struktur menghasilkan beltian alias pucuk daun akasia mengandung gizi dan madu menjadi makanan para semut.

Poethig mengatakan ada hal yang dikorbankan akasia saat mengembangkan sifat tersebut meskipun sampai hampir mati. Tanaman ini tidak mempunyai pilihan lain karena mereka membutuhkan koloni semut bersarang di tubuhnya.   

Baca Juga: Bagi yang suka salad, rasa pahit sayuran berbeda di setiap negara

Dan Janzen menunjukkan tidak ada semut, tidak ada tanaman. Tanaman ini menjadi makanan belalang hingga tikus,  

"Ada pengorbanan yang terjadi. Kami menemukan sifat ini telah berevolusi di luar jalur yang mengatur perkembangan transisi tanaman," kata Dan Janzen.

Dengan memegang bibit akasia, Leichty mulai membuat strategi untuk menanam dan meneliti tanaman ini di laboratorium. Berbekal tanaman yang sudah berkembang, dia mengobservasi hal yang janzen lihat di alam liar setengah abad sebelumnya.

"Tentu saja, sifat tersebut muncul tapi tidak dengan cepat," kata Leichty.  

Baca Juga: Ini Rahasia Tanaman di California Mampu Bertahan Hidup di Musim Kering

Janzen menganggap temuan ini telah mendukung penemuan lapangannya. Penelitian tersebut membuatnya harus memadukan penelitian laboratorium dan investigasi lapangan.  

National Science Foundation, Divisi Sistem Organisme Integratif mendanai penelitian ini.

Sumber: National Science Foundation 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×