Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Si Raja Dolar yang telah mengunci perdagangan komoditas, memungkinkan Washington untuk menghalangi akses pasar bagi negara-negara produsen dari Rusia hingga Venezuela dan Iran.
Tapi perdagangan bergeser. India membeli minyak Rusia dalam dirham dan rubel UEA. China beralih ke yuan untuk membeli minyak, batu bara, dan logam Rusia senilai US$ 88 miliar. Perusahaan minyak nasional China CNOOC dan TotalEnergies Prancis menyelesaikan perdagangan LNG pertama yang diselesaikan dengan yuan pada bulan Maret.
"Setelah Rusia, negara-negara mempertanyakan bagaimana jika Anda berada di pihak yang salah dalam sanksi?" kata ahli strategi BNY Mellon Geoffrey Yu.
Di sisi lain, menurut Bank for International Settlements (BIS), pangsa yuan dari transaksi valas over-the-counter global naik dari hampir tidak ada 15 tahun lalu menjadi 7%.
Baca Juga: BI dan Pemerintah Dukung Dedolarisasi, Likuiditas Valas Perbankan Bisa Melonggar
Mungkinkah de-dolarisasi terjadi?
De-dolarisasi akan membutuhkan jaringan yang melibatkan eksportir, importir, pedagang mata uang, penerbit utang, dan pemberi pinjaman yang luas dan kompleks untuk secara mandiri memutuskan untuk menggunakan mata uang lain. Namun, ini agak sulit.
Pasalnya, di satu sisi, dolar digunakan hampir 90% transaksi valas global, mewakili sekitar US$ 6,6 triliun pada tahun 2022, menurut data BIS.
Selain itu, sekitar setengah dari semua utang luar negeri dalam dolar, dan setengah dari semua perdagangan global ditagih dalam dolar.
"Fungsi dolar semuanya saling memperkuat," kata Barry Eichengreen, profesor ekonomi dan ilmu politik Berkeley.
Dia menambahkan, "Tidak ada mekanisme untuk membuat bank, perusahaan, dan pemerintah mengubah perilaku mereka pada saat yang bersamaan."
Meskipun mungkin tidak ada satu pun penerus dolar, menjamurnya alternatif dapat menciptakan dunia multikutub.
Yu dari BNY Mellon mengatakan negara-negara menyadari bahwa satu atau dua blok aset cadangan yang dominan "tidak cukup terdiversifikasi."
Bank sentral global melihat lebih banyak jenis aset, termasuk utang perusahaan, aset berwujud seperti real estat, dan mata uang lainnya.
"Proses ini sedang berlangsung," kata Mark Tinker, direktur pelaksana Toscafund Hong Kong. "Dolar akan digunakan lebih sedikit dalam sistem global."