Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Ketidakpastian global, yang antara lain disebabkan kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS), memunculkan isu dedolarisasi. Kendati begitu, para pakar menilai dedolarisasi tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Alfred Schipke, Direktur East Asian Institute, menilai ada perubahan yang terjadi pada perputaran uang global, termasuk di antaranya melalui desakan dedolarisasi dan terciptanya sistem pembayaran dengan teknologi yang berbeda.
Menurut Schipke, ada dua tren besar yang tengah terjadi. “Pertama, adopsi kripto dan stablecoin yang memperluas praktik dolarisasi dalam bentuk digital,” kata dia dalam FutureChina Global Forum (FCGF) 2025, di Singapura, Jumat (19/9/2025).
Kedua, ada risiko bagi negara yang saat ini masih banyak menggunakan dolar AS bila terjadi dedolarisasi. Risiko ini terlihat baik di Eropa, China, maupun kawasan lain.
Baca Juga: Rupiah Spot Dibuka Melemah di Level Rp 16.363 terhadap Dolar AS, Kamis (19/6)
Dari perspektif pelaku usaha, urgensi dedolarisasi tidak sebesar wacana geopolitik. “Sebagai pelaku bisnis, saya kira yang tepat bukan dedolarisasi. Yang kita lihat adalah penggunaan mata uang alternaitf lain alih-alih hanya menggunakan dolar AS, tapi sifatnya ini lebih kesepakatan antarnegara,” papar Ho Kwon Ping, pendiri Banyan Group.
Ho menambahkan, isu utama bagi pengusaha bukan ideologi dedolarisasi, melainkan penggunaan sistem pembayaran sebagai instrumen geopolitik. Ini yang terjadi selama ini, di mana negara maju menggunakan mata uang sebagai senjata.
“Adanya sistem digital dan stablecoin membuat semakin susah menjadikan sistem pembayaran sebagai senjata,” kata Ho.
Data-data juga menunjukkan dominasi dolar AS belum tergoyahkan. Kapitalisasi stablecoin yang dijamin dolar justru melonjak. Weiheng Chen, Vice President and Global Investment Strategist J.P. Morgan Private Bank, menuturkan, stablecoin merupakan cara AS mengelola penggunaan dolar AS.
“Dolar AS masih merupakan cara paling murah dan efektif untuk perdagangan, termasuk juga di pasar modal,” papar Chen.