kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Presiden Baru Taiwan Lai Ching-te Minta Hentikan Ancaman, Begini Respons China


Senin, 20 Mei 2024 / 18:40 WIB
Presiden Baru Taiwan Lai Ching-te Minta Hentikan Ancaman, Begini Respons China
Presiden Taiwan Lai Ching-te meminta Tiongkok untuk menghentikan ancaman militer dan politiknya.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, dalam pidato pelantikannya pada Senin (20/5/2024), meminta China untuk menghentikan ancaman militer dan politiknya.

Lai menegaskan bahwa perdamaian merupakan satu-satunya pilihan, dan Beijing harus menghormati keputusan rakyat Taiwan.

Namun, respons dari China menyatakan bahwa Lai telah mengirimkan "sinyal berbahaya" yang berpotensi mengganggu perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

Di hadapan massa di luar kantor kepresidenan era kolonial Jepang di pusat kota Taipei, Lai kembali menyerukan untuk melakukan dialog dengan Tiongkok.

Baca Juga: Pemimpin Taiwan yang Baru, Lai Ching-te, Janjikan Pendekatan Stabil dengan China

Meskipun Tiongkok mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan tidak pernah menolak penggunaan kekuatan untuk menguasainya, Lai menginginkan Tiongkok untuk menghentikan intimidasi politik dan militer terhadap Taiwan. 

Lai menekankan bahwa Taiwan tidak akan mengorbankan prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan, serta bahwa perdamaian adalah tujuan utama mereka untuk stabilitas jangka panjang.

Kantor Urusan Taiwan Tiongkok menyatakan bahwa situasi di Selat Taiwan sangat rumit dan suram, dengan menegaskan bahwa kemerdekaan Taiwan tidak konsisten dengan perdamaian di wilayah tersebut. Tiongkok secara konsisten menyebut Lai sebagai "separatis" yang dapat memicu perang sebelum pemilihan bulan Januari.

Tekanan dari Tiongkok terus berlanjut, termasuk aktivitas militer yang intensif di sekitar Taiwan sejak Lai memenangkan pemilu. Lai menekankan bahwa masyarakat harus realistis mengenai ancaman ini dan Taiwan harus menunjukkan tekadnya untuk mempertahankan diri.

Baca Juga: Bisik-Bisik Sumber: Serangan Militer China Semakin Dekat ke Taiwan

Pernyataan Lai bahwa Republik Tiongkok (Taiwan) dan Republik Rakyat Tiongkok tidak saling tunduk disambut dengan tepuk tangan meriah.

Menteri Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa angkatan laut dikirim untuk memantau delapan kapal angkatan laut Tiongkok yang beroperasi di sekitar Taiwan pada hari Senin.

Upacara pelantikan dihadiri oleh mantan pejabat AS yang diutus oleh Presiden Joe Biden, serta delegasi dari berbagai negara seperti Jepang, Jerman, dan Kanada, serta pemimpin dari 12 negara yang masih menjalin hubungan diplomatik formal dengan Taiwan.

Baca Juga: Taiwan Waspada Atas Latihan Militer China Pasca Pelantikan Presiden Baru

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyampaikan ucapan selamat kepada Lai, menyatakan harapannya untuk bekerja sama dalam memajukan kepentingan bersama, memperdalam hubungan tidak resmi yang telah terjalin lama, dan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×