Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Taiwan waspada terhadap latihan militer China pasca pelantikan Presiden Taiwan terpilih Lai Ching-te bulan ini. Hal tersebut diungkapkan oleh pejabat tinggi keamanan Taiwan pada Rabu (1/5/2024).
Dia menambahkan, China sudah mulai menggunakan taktik baru yang tidak biasa.
China, yang menganggap Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, sangat tidak menyukai Lai. China meyakini bahwa Lai adalah seorang separatis yang berbahaya. Pemerintah China telah berulang kali menolak tawaran perundingan, termasuk yang dilakukan Taiwan pada pekan lalu.
Mengutip Reuters, Lai, seperti Presiden saat ini Tsai Ing-wen, menolak klaim kedaulatan Beijing. Keduanya mengatakan hanya masyarakat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka.
Lai, yang kini menjabat sebagai wakil presiden, akan dilantik sebagai presiden pada 20 Mei 2024.
Berbicara kepada wartawan di parlemen, Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan Tsai Ming-yen mengatakan menjaga stabilitas di Selat Taiwan adalah kepentingan semua orang di komunitas internasional, termasuk China.
Menurut Tsai, China saat ini menggunakan pendekatan wortel dan tongkat terhadap Taiwan, dengan harapan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah Tiongkok yang akan datang.
Baca Juga: Tiongkok Isyaratkan Aksi Balas Dendam setelah Biden Tandatangani UU Taiwan dan TikTok
“Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah tanggal 20 Mei, dari Juni hingga November, adalah saat China mengadakan latihan militer rutin mereka,” katanya.
Dia menambahkan,“Apakah Komunis China menggunakan musim panas ini sebagai alasan untuk melakukan latihan militer untuk lebih menekan Taiwan adalah poin penting yang menjadi fokus Biro Keamanan Nasional.”
Kementerian Pertahanan China tidak menjawab panggilan Reuters yang meminta pernyataan di luar jam kerja pada hari Rabu, awal libur Hari Buruh.
Militer China selama empat tahun terakhir telah meningkatkan aktivitasnya secara besar-besaran di sekitar Taiwan.
Patroli malam hari
Menanggapi pertanyaan anggota parlemen, Tsai mengatakan China diamati telah tiga kali melakukan “patroli kesiapan tempur bersama” di malam hari di sepanjang tahun ini. Sesuatu yang ia gambarkan sebagai perkembangan baru.
“Selain itu, pesawat pengisian bahan bakar dalam penerbangan juga digunakan selama patroli kesiapan tempur bersama untuk memperpanjang waktu pesawat tempur tetap berada di udara," kata Tsai.
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping: Seharusnya China dan Amerika Menjadi Mitra, Bukan Saingan
Kapal pendarat dan kapal penyapu ranjau juga terlihat bergabung dalam patroli ini, tambahnya.
"Ini adalah pola baru untuk tahun ini," ungkapnya.
Kementerian Pertahanan Taiwan terakhir kali melaporkan patroli kesiapan tempur Tiongkok, di mana kapal perang dan pesawat tempur beroperasi bersama di langit dan perairan dekat Taiwan, pada hari Sabtu.
Pada tahun 2022, China melakukan latihan perang besar-besaran di dekat Taiwan setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei dan pada tahun lalu setelah Presiden Tsai bertemu dengan Ketua DPR saat itu Kevin McCarthy saat singgah di California.
Sumber keamanan yang berbasis di Taiwan telah berulang kali memperingatkan China dapat menunjukkan ketidaksenangan mereka terhadap Lai dengan menggunakan militer.
Sejak kemenangan Lai dalam pemilu bulan Januari, China terus memberikan tekanan terhadap Taiwan, termasuk dengan mengerahkan patroli penjaga pantai di dekat sekelompok pulau yang dikuasai Taiwan yang terletak di sebelah pantai Tiongkok, dan membuka rute udara baru di Selat Taiwan yang menurut Taipei mengancam keselamatan penerbangan.
Namun Beijing juga telah menawarkan untuk melanjutkan, meskipun dalam bentuk terbatas, pariwisata China ke Taiwan, sebuah proposal yang masih dipertimbangkan oleh pemerintah di Taipei, karena pemerintah menginginkan dimulainya kembali kunjungan wisatawan China.