Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden Ekuador, Daniel Noboa, pada hari Rabu (10/1) menyatakan negaranya tengah berperang dengan geng narkoba. Saat ini Ekuador ada dalam darurat keamanan dengan aksi kekerasan meningkat di seluruh negeri.
Pada hari Selasa (9/1), Noboa mengkategorikan 22 geng narkoba sebagai organisasi teroris. Perubahan status itu membuat mereka kini menjadi target sah bagi militer.
"Kita sedang berperang dan kami tidak bisa menyerah menghadapi kelompok teroris ini. Ada sekitar 20.000 anggota geng kriminal aktif di Ekuador," kata Noboa, dikutip Reuters.
Noboa memperketat keputusan tersebut pada hari Selasa setelah serangkaian ledakan terjadi di seluruh negeri. Situasi menjadi semakin serius setelah insiden pengambilalihan stasiun televisi TC oleh orang-orang bersenjata di tengah siaran langsung.
Sebanyak sembilan petugas polisi telah diculik dalam beberapa hari terakhir. Tiga masih ditahan. Salah satu petugas diambil dari Quito dan dua lainnya ditahan di penjara Canar. Lima anggota geng tewas di provinsi Esmeraldas
Baca Juga: 10 Orang Tewas di Tengah Darurat Keamanan di Ekuador
Polisi mengidentifikasi tiga mayat yang ditemukan di sebuah mobil yang terbakar di selatan Guayaquil semalam, dan dua petugas polisi dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada hari Selasa di provinsi Guayas, tempat Guayaquil berada.
Guayaquil, kota pesisir terbesar di Ekuador, dianggap sebagai kota paling berbahaya di negara ini, dengan pelabuhan-pelabuhannya yang menjadi pusat penyelundupan narkoba.
Pemerintah mengatakan, gelombang kekerasan terbaru ini merupakan reaksi terhadap rencana Noboa untuk membangun penjara baru dengan keamanan tinggi bagi para pemimpin geng. Noboa diharapkan bisa mengumumkan desain fasilitas baru itu pekan ini.
Noboa juga telah bertemu dengan sejumlah diplomat AS dalam dua hari terakhir. AS telah menjanjikan bantuan keamanan untuk Ekuador. Rencana keamanan Noboa, yang bernilai US$800 juta, mencakup US$200 juta senjata dari Amerika Serikat.
Baca Juga: Adolfo Macias, Pemimpin Geng Los Choneros Ekuador yang Mendadak Menghilang
Kerusuhan di Penjara, Kaburnya Napi Paling Berbahaya
Presiden Ekuador, Daniel Noboa, mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari dan jam malam pada hari Senin (8/1).
Keputusan itu diambil setelah seorang narapidana paling berbahaya di Ekuador, Adolfo Macias, dinyatakan hilang dari ruang tahanannya di penjara La Regional, Guayaquil.
"Saya baru saja menandatangani keputusan keadaan darurat sehingga angkatan bersenjata mendapat dukungan politik dan hukum atas tindakan mereka," kata Noboa, dikutip Reuters.
Adolfo Macias Villamar, juga kerap disapa Fito, merupakan pemimpin geng Los Choneros yang diduga menjadi penyebab rangkaian kerusuhan di penjara Ekuador dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Darurat Keamanan di Ekuador, Dipicu Kaburnya Napi Paling Berbahaya dari Penjara
Kepolisian Ekuador pada hari Minggu (7/1) mengatakan, Adolfo Macias telah menghilang dari penjara tempat dia menjalani hukuman 34 tahun di wilayah Guayaquil.
Di saat yang sama, ada insiden kekerasan di setidaknya enam penjara mulai hari Senin. Reuters mencatat, 150 atau lebih penjaga dan staf lainnya disandera oleh para tahanan.
Adolfo Macias adalah penjahat terkenal yang diduga berperan dalam pembunuhan Fernando Villavicencio tahun lalu.
Melansir AP News, Fernando Villavicencio yang merupakan calon presiden dibunuh sesaat setelah meninggalkan kampanye di Quito, ibu kota Ekuador. Insiden itu terjadi pada tanggal 9 Agustus 2023, sebelas hari sebleum pemilu.