Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Aksi teror dan kekerasan yang dilakukan geng bersenjata di Ekuador telah menewaskan sedikitnya 10 orang hingga hari Rabu (10/1). Situasi ini terjadi di tengah status darurat keamanan pasca kerusuhan besar di sejumlah penjara.
Kepolisian Ekuador membenarkan adanya gelombang teror di seluruh negeri dan di beberapa penjara.
Melansir Al Jazeera, delapan orang tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan di kompleks penjara Guayaquil. Dua petugas juga dibunuh dengan kejam oleh para anggota geng bersenjata.
Guayaquil, kota pesisir terbesar di Ekuador, dianggap sebagai kota paling berbahaya di negara ini, dengan pelabuhan-pelabuhannya yang menjadi pusat penyelundupan narkoba.
Telah ada setidaknya 23 insiden kekerasan di delapan provinsi, termasuk peledakan mobil. Sejumlah mobil polisi dibakar dan setidaknya tujuh petugas polisi diculik.
Baca Juga: Darurat Keamanan di Ekuador, Dipicu Kaburnya Napi Paling Berbahaya dari Penjara
Darurat Keamanan Nasional
Presiden Ekuador, Daniel Noboa, mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari dan jam malam pada hari Senin (8/1).
Keputusan itu diambil setelah seorang narapidana paling berbahaya di Ekuador, Adolfo Macias, dinyatakan hilang dari ruang tahanannya di penjara La Regional, Guayaquil.
"Saya baru saja menandatangani keputusan keadaan darurat sehingga angkatan bersenjata mendapat dukungan politik dan hukum atas tindakan mereka," kata Noboa, dikutip Reuters.
Keamanan di Ekuador semakin memburuk sejak pandemi Covid-19 karena secara instan menjatuhkan ekonomi warganya.
Di sepanjang tahun 2023, kematian akibat kekerasan meningkat menjadi 8.008, hampir dua kali lipat angka pada tahun 2022 yang berjumlah lebih dari 4.500.
Baca Juga: Adolfo Macias, Pemimpin Geng Los Choneros Ekuador yang Mendadak Menghilang
Adolfo Macias, Pemimpin Geng Los Choneros
Adolfo Macias Villamar, juga kerap disapa Fito, merupakan pemimpin geng Los Choneros yang diduga menjadi penyebab rangkaian kerusuhan di penjara Ekuador dalam beberapa bulan terakhir.
Kepolisian Ekuador pada hari Minggu (7/1) mengatakan, Adolfo Macias telah menghilang dari penjara tempat dia menjalani hukuman 34 tahun di wilayah Guayaquil.
Di saat yang sama, ada insiden kekerasan di setidaknya enam penjara mulai hari Senin. Reuters mencatat, 150 atau lebih penjaga dan staf lainnya disandera oleh para tahanan.
Adolfo Macias adalah penjahat terkenal yang diduga berperan dalam pembunuhan Fernando Villavicencio tahun lalu.
Melansir AP News, Fernando Villavicencio yang merupakan calon presiden dibunuh sesaat setelah meninggalkan kampanye di Quito, ibu kota Ekuador. Insiden itu terjadi pada tanggal 9 Agustus 2023, sebelas hari sebelum pemilu.
Selama ada di dalam penjara, Fito sering menentang pihak berwenang. Baru-baru ini dirinya merilis "narcocorrido", sebuah video musik yang mengagungkan tindakan kriminalnya. Sebagian dari video itu bahkan direkam di dalam penjara.
Fito juga pernah kabur dari penjara pada tahun 2013. Saat itu, dia dan 17 narapidana lainnya keluar dari La Roca dan melarikan diri dengan perahu di Sungai Daule, yang berbatasan dengan kompleks tersebut.
Fito akhirnya ditangkap bersama saudara laki-lakinya, sesama anggota Los Choneros, empat bulan kemudian di rumah ibu mereka di kota Manta. Setelah pembunuhan Jorge Luis Zambrano pada Desember 2020, ia mengambil alih kepemimpinan Los Choneros.
Los Choneros sebagian besar terlibat dalam perdagangan narkoba dan pemerasan dan telah menjalin hubungan dengan kartel Sinaloa yang kuat di Meksiko.