Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Berbicara pada Majelis Umum PBB hari Selasa (21/9), Presiden Korea Selatan Moon Jae In kembali menyerukan dibentuknya sebuah deklarasi untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea 1950-1953.
Melansir Reuters, Moon mengusulkan agar tiga pihak dari dua Korea dan AS, atau empat pihak dari dua Korea, AS dan China berkumpul dan menyatakan bahwa Perang di Semenanjung Korea telah berakhir sepenuhnya.
"Saya sekali lagi mendesak komunitas negara-negara untuk memobilisasi kekuatannya untuk deklarasi akhir perang di Semenanjung Korea," ungkap Moon dalam pidatonya.
Moon terbilang sangat aktif untuk mengajak semua pihak yang terlibat untuk bersama-sama melahirkan deklarasi resmi. Menurutnya, deklarasi resmi ini sangat penting untuk membangun situasi yang aman di Semenanjung Korea dan kawasan sekitarnya.
Baca Juga: Korea Utara: Kapal selam Australia bisa memicu perlombaan senjata nuklir
Bukan cuma itu, Moon juga percaya bahwa deklarasi ini mampu membuat Korea Utara patuh pada aturan denuklirisasi. Di sisi lain, pihak AS berpendapat Korea Utara harus menyerahkan senjata nuklirnya terlebih dahulu.
Sebelum Moon, Presiden AS Joe Biden juga menyampaikan pidato di Majelis Umum PBB hari Selasa. Dalam pidatonya Biden juga menyinggung masalah dua Korea dan mengatakan AS sedang mencari langkah diplomasi yang serius dan berkelanjutan untuk mengejar denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea.
Korea Utara telah menepis seruan AS untuk kembali berdialog dan kepala pengawas atom PBB mengatakan minggu ini bahwa program nuklir Pyongyang akan berkembang pesat.
Baca Juga: Korea Utara dikabarkan kembali lakukan uji coba rudal balistik
Perang Korea tahun 1950-1953 melibatkan empat negara yang terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama adalah Korea Selatan yang didukung AS, sementara kubu kedua adalah Korea Utara yang didukung China.
Pada 27 Juli 1953, Perang Korea dihentikan melalui kesepakatan gencatan senjata. Perjanjian gencatan senjata ditandatangani wakil dari Korea Utara, China, dan AS. Presiden Korea Selatan saat itu, Syngman Rhee, menolak untuk menandatanganinya tapi berjanji untuk menghormati perjanjian tersebut.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, Perang Korea sebenarnya belum benar-benar berakhir hingga saat ini.