Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - DW. Qatar secara resmi akan meninggalkan organisasi negara-negara pengekspor minyak OPEC mulai bulan depan. Hal itu disampaikan Menteri Energi Qatar, Saad al-Kaabi, hari Senin (3/12).
"Qatar sudah memutuskan untuk menarik diri dari keanggotaannya di OPEC, efektif (mulai) 1 Januari 2019," kata Kaabi pada konferensi pers Doha.
"Keputusan penarikan diri ini mencerminkan keinginan Qatar untuk fokus pada upaya mengembangkan dan meningkatkan produksi gas alam, dari 77 juta ton per tahun menjadi 110 juta ton di tahun-tahun mendatang," kata Saad al-Kaabi selanjutnya.
"Qatar bangga berada dalam posisi internasional di garis terdepan sebagai produsen gas alam dan sebagai eksportir LNG terbesar - bahan bakar fosil terbersih, yang telah memberi Qatar perekonomian yang kuat dan tangguh," kata perusahaan negara Qatar Petroleum, yang juga mengutip pernyataan Kaabi.
Dengan langkah itu, Qatar menjadi Negara Teluk pertama yang meninggalkan kartel pengekspor minyak itu sejak didirikan tahun 1960. Kaabi juga mengatakan, Qatar ingin meningkatkan produksi minyaknya dari 4,8 juta barelĀ per hari menjadi 6,5 juta barel.
Dia menambahkan bahwa OPEC sudah diberitahu tentang keputusan pada hari Senin menjelang pengumuman. Belum ada komentar langsung dari OPEC yang berbasis di Wina, Austria.
Harga minyak naik setelah kesepakatan Rusia-Arab Saudi
Harga minyak melonjak pada hari Senin setelah Rusia dan Arab Saudi memperbarui kesepakatan mereka untuk membatasi produksi minyak. Perkembangan lain yang kelihatannya memengaruhi harga minyak adalah keputusan AS untuk menghentikan kenaikan tarif pada impor Cina selama 90 hari.
AS dan Cina dalam pertemuan puncak di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires sepakat untuk meredakan ketegangan perang dagang dan melakukan negosiasi ulang. Sebelumnya, banyak pihak khawatir kelanjutan perang dagang AS-Cina akan memperburuk perekonomian global.
Presiden Rusia Vladimir Putin hari Sabtu (1/12) mengatakan, dia dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman "telah sepakat untuk memperpanjang perjanjian" untuk membatasi produksi minyak, karena harga merosot di pasar global.
Meskipun tidak ada pengumuman tentang seberapa banyak produksi minyak akan dikurangi, kesepakatan antara dua dua eksportir minyak mentah terbesar dunia itu disambut pasar dengan lonjakan harga minyak.