Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Raksasa investasi Singapura, Temasek Holdings, tengah mempertimbangkan langkah restrukturisasi besar yang akan mengubah struktur bisnisnya untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun.
Langkah ini dipicu oleh tekanan meningkatnya tuntutan imbal hasil yang lebih tinggi sekaligus kebutuhan merampingkan operasi perusahaan.
Mengutip The Business Times, Kamis (21/8/2025), menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut, Temasek berpotensi membagi bisnisnya ke dalam tiga unit utama.
Pertama, unit yang mengelola kepemilikan domestik terbesar seperti Singapore Airlines.
Baca Juga: Bos Temasek Temui Menko Airlangga, Bahas Proyek Investasi di Indonesia?
Kedua, unit yang fokus pada investasi luar negeri.
Dan ketiga, unit yang mengelola seluruh investasi dana, termasuk melalui manajer eksternal.
Jika terealisasi, restrukturisasi ini akan menjadi perubahan mendasar bagi Temasek yang telah berdiri selama 51 tahun.
Meski nilai portofolio bersih Temasek mencapai rekor S$ 434 miliar per 31 Maret 2025, tingkat imbal hasil pemegang saham dalam 10 tahun terakhir hanya 5% per tahun, setara dengan GIC, lembaga pengelola dana Singapura yang lebih konservatif.
Kinerja itu tertinggal dari MSCI World Index yang mencatat 10% per tahun dalam periode yang sama.
Baca Juga: Temasek Ambil Alih Saham Haldiram, Produsen Makanan Ringan India
Selama ini, Temasek beroperasi secara konvensional, dengan eksekutif yang bertanggung jawab atas aset maupun wilayah tertentu, seperti real estat atau China.
Restrukturisasi diharapkan memberi keleluasaan bagi para eksekutif untuk lebih fokus pada peningkatan kinerja dan efisiensi perusahaan.
Rencana perubahan ini juga bertepatan dengan pergantian pimpinan. Teo Chee Hean, mantan menteri senior Singapura, akan resmi menjabat sebagai ketua dewan Temasek mulai 9 Oktober mendatang, setelah lebih dulu bergabung sebagai wakil ketua pada Juli.
Ajang Formula 1 Grand Prix di Singapura pada awal Oktober disebut-sebut sebagai momen yang tepat bagi Temasek untuk menjelaskan rencana restrukturisasi kepada mitra dan pemangku kepentingan.
Sebagian portofolio dana Temasek yang dikelola manajer eksternal, seperti Avanda Investment Management, kemungkinan akan dialihkan ke bawah kendali Seviora Group, perusahaan manajemen aset yang sepenuhnya dimiliki Temasek dan berdiri sejak 2020.
Baca Juga: Cetak Rekor! Portofolio Investasi Temasek Melonjak 11% Jadi Rp 5.511 Triliun
Seviora saat ini menaungi sejumlah entitas, antara lain Fullerton Fund Management, Azalea Investment Management, dan SeaTown Holdings International.
Mulai September, Seviora akan dipimpin oleh Gabriel Lim, mantan pejabat tinggi Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, yang bergabung ke Temasek tahun lalu sebagai kepala strategi korporasi bersama.
Restrukturisasi ini juga disebut akan mendorong sejumlah eksekutif kunci naik ke posisi senior untuk memimpin unit-unit baru, termasuk CFO Png Chin Yee dan Nagi Hamiyeh, kepala wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika yang kini berbasis di Paris.
Temasek, yang saat ini dipimpin CEO Dilhan Pillay, sebenarnya sudah membagi portofolio dengan pola serupa.
Baca Juga: Soal Investasi Temasek, Indef Ingatkan Pentingnya Kepastian Regulasi oleh Pemerintah
Per Maret 2025, investasi berbasis Singapura menyumbang 41% dari total portofolio, investasi global langsung 36%, sementara dana dan perusahaan manajemen aset sebesar 23%.
Namun, jika restrukturisasi resmi dijalankan, pembagian ini akan dilembagakan secara lebih formal dan mempertegas arah fokus tiap unit.