Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Lembaga pengelola investasi negara Singapura, Temasek Holdings mencatat lonjakan nilai portofolio bersih sebesar 11,6% secara tahunan menjadi S$ 434 miliar sekitar Rp 5.511,8 triliun per akhir Maret 2025. Kenaikan nilai portofolio ini merupakan yang kedua secara berturut-turut, didorong kinerja perusahaan Singapura yang terdaftar di bursa, serta investasi langsung di China, India, dan Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini membuka babak baru perang dagang dengan mengumumkan rencana kenaikan tarif terhadap berbagai mitra dagang mulai 1 Agustus, termasuk Jepang, Korea Selatan, hingga Malaysia. "Kami masih perlu mencermati perkembangan tarif dalam beberapa minggu dan bulan ke depan," ujar Lim Ming Pey, Head of Corporate Strategy Temasek, dikutip Reuters.
Sementara itu, Chief Investment Officer Temasek, Rohit Sipahimalani menilai tarif tidak akan kembali ke level tertinggi seperti yang terjadi pada Liberation Day Trump pada 2 April lalu. Ia juga mencatat sejumlah risiko sebelumnya, seperti pengetatan fiskal yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi AS, kini mereda setelah diberlakukannya paket pemotongan pajak dan peningkatan belanja.
Baca Juga: Penjualan Barang Mewah di Singapura Tetap Tinggi Ditopang Belanja Turis
"Secara umum, perlambatan pertumbuhan yang terjadi saat ini akibat ketidakpastian tarif akan pulih menjelang akhir tahun, terutama setelah The Fed memangkas suku bunga, deregulasi terus berlanjut, dan ada kejelasan lebih mengenai kebijakan tarif," jelas Sipahimalani. Namun, tantangan di AS tetap ada, khususnya terkait valuasi pasar.
Meskipun demikian, Lim menambahkan Temasek melihat sejumlah peluang cerah, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI) di AS yang dinilai akan memberikan dampak transformatif di berbagai sektor.
Amerika Serikat tetap menjadi tujuan investasi terbesar bagi Temasek. Wilayah Amerika menyumbang 24% dari total portofolio per 31 Maret, naik dari 22% pada tahun sebelumnya.
Temasek juga tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang China, yang menjadi pasar terbesar ketiga berdasarkan eksposur investasi sebesar 18%, setelah Singapura (27%) dan Amerika (24%).
"Kami melihat peluang di sektor ekonomi hijau, inovasi ilmu hayati, serta merek-merek lokal terkemuka yang terus tumbuh secara tangguh," kata Lim.
Ke depan, Temasek akan meningkatkan fokus pada investasi di perusahaan dengan arus kas dan pendapatan yang stabil, serta yang memiliki akses ke pasar domestik besar untuk mengurangi risiko dari ketegangan geopolitik dan tarif perdagangan. Infrastruktur dan kecerdasan buatan juga menjadi area prioritas.
Baca Juga: Belum Setahun Listing di BEI, Master Print Bakal Diakuisisi Perusahaan Singapura
"Kami tidak hanya berinvestasi langsung, tetapi juga menanamkan modal di dana yang berfokus pada AI," ungkap Wakil CEO Temasek, Chia Song Hwee. Beberapa perusahaan yang menjadi sasaran investasi Temasek di sektor AI antara lain Nvidia, Databricks, dan Veeam.
Temasek juga baru-baru ini bergabung dalam konsorsium yang didukung oleh Microsoft, BlackRock, dan perusahaan investasi teknologi MGX untuk memperluas infrastruktur AI, berdasarkan paparan investor BlackRock pada Juni lalu.