Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Saat ini, pelaku pasar mungkin banyak yang mencoba mencari tahu dampak perang dagang Trump dengan Eropa, Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.
Tetapi seorang ekonom terkemuka mengatakan hasil akhir dari tarif Trump bisa menyakitkan.
Kepala ekonom Apollo Global Management (APO) Torsten Sløk mengatakan kepada Yahoo Finance bahwa perang dagang AS skala penuh terhadap dunia akan memberikan "guncangan stagflasi" pada ekonomi AS.
Stagflasi didefinisikan sebagai periode pertumbuhan yang lambat dan inflasi yang tinggi.
Ini adalah peringatan terkait tarif yang juga baru-baru ini dikeluarkan oleh Trump.
"Jadi, dampak jangka pendek dari perang dagang (memang) menyakitkan. Meskipun ini mungkin angka yang kecil, tetapi ini jelas merupakan sesuatu yang negatif," kata Sløk pada hari Senin (10/2/2025).
Trump mengatakan pada hari Minggu dalam perjalanan ke Super Bowl bahwa pemerintah akan mengenakan tarif 25% pada semua baja impor mulai hari Senin.
Baca Juga: Tarif China Berlaku, Ekspor Batu Bara AS ke India Melonjak
Selasa lalu, presiden mengenakan tarif 10% pada semua impor Tiongkok di atas tarif yang ada di negara tersebut.
Tiongkok membalas dengan mengenakan tarif pada beberapa jenis cip dan logam. Tiongkok juga mulai menyelidiki Google dan memasukkan merek pakaian AS Calvin Klein dan Tommy Hilfiger, yang dioperasikan oleh PVH Corp. (PVH), ke dalam daftar hitam.
Trump baru-baru ini setuju untuk menghentikan sementara tarif pada Kanada dan Meksiko selama 30 hari.
Dampak potensial dari tarif bervariasi.
Tax Foundation memperkirakan tarif terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok secara kolektif dapat menyusutkan PDB AS hingga 0,4%. Tarif tersebut akan menciptakan pajak lebih dari US$ 800 per rumah tangga AS pada tahun 2025.
Kepala ekonom EY Greg Daco memperkirakan PDB AS akan berkontraksi sebesar 1,5% pada tahun 2025 dan 2,1% pada tahun 2026 jika tarif diberlakukan, karena tarif akan "mengurangi" pengeluaran konsumen dan investasi bisnis.
Baca Juga: Peluang dari Perang Dagang Bagi Indonesia
Daco memproyeksi, inflasi akan naik sekitar 0,7% pada kuartal pertama.
Sejauh ini, pasar telah menanggapi kekacauan tarif dengan tenang.
Namun, para ahli mengatakan investor perlu lebih serius menanggapi risiko tarif.
Setiap kenaikan tarif AS sebesar 5 poin persentase diperkirakan akan mengurangi laba per saham S&P 500 sekitar 1% hingga 2%, tulis kepala strategi ekuitas AS Goldman Sachs David Kostin dalam catatannya pada 7 Februari.
Tonton: Apple Terjebak di Tengah Baku Tembak Perang Dagang Trump-China
"Selain berpotensi memukul laba, tarif dapat memengaruhi saham AS dengan menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar," Kostin memperingatkan.