kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,75   12,44   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ratusan bank bernilai US$ 47 triliun adopsi kebijakan iklim baru dalam berbisnis


Senin, 23 September 2019 / 19:44 WIB
Ratusan bank bernilai US$ 47 triliun adopsi kebijakan iklim baru dalam berbisnis
ILUSTRASI. CITIGROUP logo


Reporter: Agustinus Respati | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sejumlah bank dengan aset lebih dari US$ 47 triliun mengadopsi prinsip responsible banking. Prinsip baru ini didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memerangi perubahan iklim. 

Kebijakan ini akan menjauhkan buku pinjaman perbankan dari bahan bakar fosil. Sebagai gambaran, aset dari bank tersebut mencakup sepertiga dari industri global.

Baca Juga: Presiden Iran: Sanksi baru atas Iran menunjukkan keputusasaan AS

Melansir dari Reuters, perbankan seperti Deutsche Bank, Citigroup, dan Barclays, masuk dalam 130 bank yang bergabung dengan kerangka kerja baru ini. Hal ini bertujuan mendorong perusahaan dan pemerintah untuk bertindak cepat dalam mencegah bencana pemanasan global.

"Prinsip ini membuat bank harus mempertimbangkan dampak pinjaman mereka terhadap masyarakat, tidak hanya mempertimbangkan portofolio mereka," kata pemimpin United Nations Environment Finance Initiative, Simone Dettling.

Di bawah tekanan dari investor, regulator, dan aktivis iklim, beberapa bank besar telah mengiyakan hal ini. nantinya, merekan akan memberi pinjaman yang mendukung kampanye ekonomi rendah karbon.

Pembiayaan untuk proyek-proyek minyak, gas, dan batu bara telah mendapat sorotan khusus. Hal ini karena para ilmuwan lingkungan meningkatkan seruan untuk mengubah ketergantungan mendalam ekonomi global pada bahan bakar fosil.

Prinsip-prinsip yang disusun bersama oleh pejabat dan Bank Amerika Serikat (AS) mengharuskan pemberi pinjaman untuk menyelaraskan strategi mereka dengan Paris Agreement 2015 untuk mengekang pemanasan global dan target yang didukung AS untuk memerangi kemiskinan yang disebut Sustainable Development Goals.

Baca Juga: BIS ingatkan booming sekuritisasi kredit berisiko memicu krisis seperti tahun 2008

Lalu menetapkan target untuk meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Kemudian bekerja dengan klien dan pelanggan untuk mendorong praktik ini supaya berkelanjutan.

Poin lain adalah lebih transparan dan akuntabel mengenai progres mereka.

Pendukung utama dari gerakan ini mengatakan, perbankan akan mengalihkan portofolio pinjaman mereka jauh dari aset intensif karbon dan mengalihkan modal ke industri yang lebih ramah lingkungan.

Para kritikus berpendapat bahwa bank-bank harus secara eksplisit berkomitmen untuk menghapuskan pembiayaan untuk proyek-proyek bahan bakar fosil dan agribisnis yang mendorong deforestasi di Amazon, Asia Tenggara, dan wilayah lainnya.

Meskipun inisiatif ini bersifat sukarela, Dettling mengatakan bahwa pemberi pinjaman akan enggan menerima risiko reputasi kehilangan status penandatanganan mereka.

Baca Juga: Inggris yakin bahwa Iran ada di balik serangan pada fasilias Aramco

"Pada akhirnya, bank-bank yang tidak sejalan dengan komitmen mereka dan tidak membuat kemajuan dapat dilucuti dari status penandatanganan ini," kata Dettling.

Bank-bank di Eropa juga menghadapi tekanan peraturan yang sama. Perbankan di sana mendapat tekanan terhadap dampak potensial terkait iklim dan transisi ke energi yang rendah karbon pada aset mereka.

Sebagai informasi, perbankan lain yang bergabung dalam responsible banking antara lain Bank Danske, ABN Amro, BNP Paribas, Commerzbank, Lloyds Banking Group dan Societe Generale.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×