kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Ray Dalio: Saya Khawatir akan Terjadi Sesuatu yang Lebih Buruk dari Resesi


Selasa, 15 April 2025 / 10:17 WIB
Ray Dalio: Saya Khawatir akan Terjadi Sesuatu yang Lebih Buruk dari Resesi
ILUSTRASI. Investor asal Amerika Serikat (AS) Ray Dalio turut dalam pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan pengusaha di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (7/3/2025). Pertemuan antara pemerintah, pengusaha dan investor asal AS Ray Dalio tersebut membahas tentang pengelolaan aset BUMN melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/YU


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Pendiri Bridgewater Associates Ray Dalio mengungkapkan kekhawatirannya bahwa gejolak akibat kebijakan tarif dan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat mengancam stabilitas ekonomi global.

“Saat ini kita berada di titik pengambilan keputusan dan sangat dekat dengan resesi,” kata Dalio dalam wawancara di program Meet the Press NBC News, Minggu (14/4).

“Dan saya khawatir jika tidak ditangani dengan baik, bisa terjadi sesuatu yang lebih buruk dari sekadar resesi.”

Baca Juga: Ray Dalio Dukung Negosiasi Tarif AS-China, Serukan Pemangkasan Defisit AS

Miliarder hedge fund tersebut menyebut kekhawatiran utamanya adalah gangguan perdagangan global, meningkatnya utang AS, serta kebangkitan kekuatan-kekuatan baru dunia yang berpotensi meruntuhkan tatanan ekonomi dan geopolitik internasional pasca-Perang Dunia II.

“Kita sedang bergeser dari sistem multilateral, yang selama ini berbasis pada tatanan dunia buatan Amerika, menuju tatanan dunia unilateralis yang sarat konflik,” ujarnya.

Dalio menjelaskan bahwa lima kekuatan utama yang membentuk sejarah adalah: ekonomi, konflik politik domestik, tatanan internasional, teknologi, dan peristiwa alam seperti bencana maupun pandemi.

Menurutnya, tarif yang diberlakukan oleh Trump mungkin memiliki tujuan yang bisa dipahami, namun cara pelaksanaannya “sangat mengganggu” dan justru memicu konflik global.

Kebijakan tarif Trump yang berubah-ubah belakangan ini memang mengguncang perdagangan internasional.

Baca Juga: Cek Profil Ray Dalio, Sosok Triliuner AS yang Jadi Dewan Penasihat Danantara

Setelah menetapkan tarif dasar sebesar 10% dan tarif sebesar 145% untuk produk dari China, Trump pada Rabu lalu mengumumkan jeda selama 90 hari untuk kebijakan “reciprocal tariffs” miliknya.

Namun, pada Jumat malam, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mengumumkan pengecualian terhadap tarif untuk produk elektronik konsumen buatan China seperti ponsel pintar, komputer, dan semikonduktor.

Meski demikian, produk-produk ini masih dikenakan tarif 20% yang diberlakukan sejak awal tahun.

Namun, pada Minggu, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyatakan bahwa pengecualian tersebut bersifat sementara.

Dalam unggahan di platform X pada Rabu, Dalio menyerukan agar AS menegosiasikan kesepakatan dagang “win-win” dengan China, termasuk mendorong penguatan nilai yuan terhadap dolar AS. Ia juga menekankan pentingnya kedua negara untuk menangani persoalan utang yang terus membengkak.

Baca Juga: Triliuner Ray Dalio Ungkap Faktor Utama di Balik Kesuksesannya

Dalam wawancara di NBC, Dalio menegaskan kembali seruannya agar Kongres AS memangkas defisit anggaran menjadi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), serupa dengan pernyataannya di acara CNBC CONVERGE LIVE bulan Maret lalu.

“Kalau itu tidak dilakukan, kita akan menghadapi masalah penawaran-permintaan utang, di saat yang sama dengan berbagai persoalan lain. Dampaknya akan lebih buruk daripada resesi biasa,” ujar Dalio.

Ia memperingatkan bahwa nilai uang itu sendiri bisa terancam. Jika pasar obligasi mengalami kegagalan bersamaan dengan meningkatnya konflik internal dan internasional, dampaknya bisa lebih parah dibanding krisis-krisis besar seperti pembatalan standar emas oleh Presiden Nixon pada 1971 atau krisis keuangan global 2008.

Meski begitu, Dalio menyebut bahwa ancaman tersebut masih bisa dicegah—asal para pembuat kebijakan bersedia bekerja sama dalam menurunkan defisit dan mendorong kerja sama global serta menghindari kebijakan yang tidak efisien dan konfrontatif.

Selanjutnya: Korea Selatan Gelontorkan US$23 Miliar untuk Industri Chip di Tengah Ancaman Tarif AS

Menarik Dibaca: Oreo Space Dunk, Biskuit Pertama yang Meluncur ke Luar Angkasa



TERBARU

[X]
×